Pesan selamat datang

"Selamat Datang di Lonely Hero Boy's Blogspot, silakan nikmati konten yang ada di Blog ini. Penulis tidak selau aktif, dan kemungkinan hanya akan aktif bila untuk meng-update The Walking Dead saja, sementara Link yang sudah tidak aktif, saya tidak bisa menjamin untuk meng-upload ulang lagi."

Friday, October 18, 2013

Resident Evil Outbreak Chronicles Novel Part #1


Hallo sobat Lonely, gimana kabar kalian nih? Saya kembali dengan membawakan karya tulis saya dari resident Evil Outbreak yang jauh dari cerita aslinya, barangkali ada yang berminat membaca, hehehe.. 

Maaf yah kalo banyak kesalahan dan gak nyambung sama cerita RE Outbreak dan RE Outbreak file #2 yang sesungguhnya. Mohon makhlum, saya hanya berimaginasi saja melalui media ini.


PART #1 : BEFORE THE OUTBREAK START SPHREADING
(OPENING SCENARIO)
Starring : Regan Mallet (pemilik bar), Lucy Mallet (putri dari Regan), Hunter G. Trevor (guru), Katarina de Mosquito (peneliti baru Umbrella), Louis Kane (dokter bedah specialis), Viki Water (petugas kepolisian wanita), Rick Johnson (petugas kepolisian), Kenneth I. Lucifer  (bartender), Luna J. Wattson (pustakawan), Karen Glenn (murid SMP).
Also Starring : Alyssa Ashcroft (reporter), Kevin Ryman (petugas kepolisian), Wanda Isabella Trevor (istri Hunter), Jeff  Hawkins (petugas investigasi kepolisian).
Take Place at : Raccoon City



Raccoon City, 21 September 1998 (Before Midnight - 11.30 PM).
Suatu malam yang tenang di kota Raccoon. Kota yang penuh hiburan dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Yah, disinilah dimana semua menyadari adanya kehidupan di dalam kegelapan. Jauh di dalam bawah tanah, terdapat kehidupan yang tak pernah diduga oleh manusia sebelumnya. Di sinilah pusat dari penelitian tertinggi Umbrella Corporation.

Seorang pria berusia 30 tahun sedang merayakan ulang tahun pernikahannya bersama istriny yang berusia 28 tahun. Namanya adalah Hunter Gillman Trevor dan istrinya adalah Wanda Isabella Trevor. Sudah setahun lamanya mereka menikah dan mereka belum dikaruniai seorang anak. Mereka makan malam bersama di restoran ala itali sederahana bernama Ann's.
"Happy anniversary, Sayang.." kata Hunter lalu mencium kening istrinya.
"Honey, bagaimana kalau kita pergi liburan?" ajak Wanda.
"Apapun itu, Darling.. Aku pasti akan menurutinya" jawab Hunter tersenyum.

Mereka kembali menikmati hidangan spaghetti mereka sambil menikmati alunan musik romantis yang diputar. Karena terbawa suasana oleh lagu yang romantis, Hunter akhirnya mengajak Wanda untuk berdansa dengann. Yah sudah lama Hunter tidak sebahagia itu, terutama setelah Ayah dan Ibunya meninggal. Mereka berdansa sepanjang waktu tanpa memikirkan waktu yang terus berjalan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam dua belas malam. Tak lama setelah itu, lonceng jam dua belas berdenting.

“Honey, seandainya kita bisa terus seperti ini setiap hari..” kata Wanda.
“Tentu saja kita bisa, Darling..” jawab Hunter.
“Kamu punya tanggung jawab juga terhadap murid-muridmu di sekolah, Honey..”
“Yah, tapi kamu tetap yang nomor satu, Sayang..” mereka kemudian berciuman.

Sementara itu, di meja tak jauh dari tempat mereka berada.
“Apa kamu baik - baik saja, Pak?” tanya seorang pelayan kepada seorang pelanggan yang terlihat pucat.
“Aku baik - baik saja, tolong ambilkan aku antidote.. Mungkin ada racun di dalam tubuhku...” kata pria pucat itu.
“Baiklah, Pak.. Saya akan segera mengambilkannya..” kata si pelayan itu ramah.

Alunan musik membuat Hunter dan Wanda semakin terbawa suasana dan terus berdansa di tengah ruangan bersama pasangan-pasangan lainnya di dalam restoran Italia itu.

Namun tak lama kemudian, HP milik Hunter berbunyi.
“Sialan! Siapa sih yang berani-beraninya mengganggu momen romantis kita??” gerutunya emosi.
Wanda tertawa. Hunter lalu meraih HP-nya dan melihat seseorang bernama Miguel memanggilnya, namun Hunter tak menjawab panggilan telepon tersebut dan malah menon-aktifkannya. Wanda kembali tersenyum lalu mengajak Hunter untuk kembali berdansa dengannya. Tanpa basa-basi lagi, dengan romantisnya, mereka kembali berdansa sesuai dengan irama alunan musik.


Raccoon City, 22 September 1998 (Past Midnight - 01.30 AM)
Di tempat lain, seseorang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia mabuk selepas kerja seharian. Namanya adalah Todd Azrakane. Dia adalah seorang reporter muda berusia 22 tahun. Pacarnya yang berusia lebih tua tiga tahun darinya meninggalkannya kemarin dan membuatnya merasa tertekan.

“Kenapa?! Kenapa kau harus pergi lebih dulu, setelah hubungan kita sampai sejauh ini, Raesya?? Kenapa!?” keluhnya. Yah, pacarnya baru saja meninggal dunia dan kemarin merupakan hari pemakamannya.

Todd menuju ke tempat dimana dia biasa menyendiri dan menulis beritanya bersama Raesya, kekasihnya yang juga seorang reporter sepertinya. Tempat yang terlihat tenang dan sepi, sebuah gudang yang telah disulap menjadi sebuah kantor editing. Raesya meninggal dalam kecelakaan. Seseorang menabraknya dan melarikan diri tanpa berusaha menyelamatkannya.

Todd duduk di sofa dengan posisi memeluk dengkulnya. Perlahan air mata reporter muda itu mengalir. Di meja dan di setiap sudut dinding terdapat foto - foto kenangannya bersama Raesya. Todd tertidur dengan nyenyak di sofanya. Dia sedang membayangkan masa - masa indahnya bersama Raesya dalam mimpinya.

Tak lama setelah itu, seseorang mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangannya.
“Apa kau baik - baik saja, Todd?” tanya seorang wanita kepadanya.
“Alyssa?? Apa yang kamu lakukan disini pada jam segini??” tanya Todd heran.
“Aku hanya mengkhawatirkan seorang yang membuang semua mimpinya menjadi seorang reporter professional hanya karena seorang gadis yang dicintainya meninggalkannya pergi”
“Jangan banyak bicara. Kamu tak tahu kan? Betapa sakit rasanya ketika kita kehilangan seorang yang sangat kita cintai?! Jadi berhenti mengurusi semua urusanku!”
“Yahh, cinta itu adalah ilusi dan hal itu sangatlah tidak penting bagi reporter professional sepertiku. Setidaknya biarkan aku menjelaskan maksud kedatanganku, aku datang untuk memberitahumu bahwa saat ini di jalanan kota Raccoon banyak sekali kejadian aneh dan pembunuhan misterius yang terjadi, kenapa kau tidak mencoba menyelidikinya lebih dalam bersamaku?” ajak Alyssa.
“Kamu bermimpi? Tidaklah mungkin bagiku untuk bekerjasama dengan sainganku! Lagipula aku ini bukan detektif yang bertugas menyelidiki setiap kasus!” bentaknya.

“Okay, tapi jangan menyesal jika reputasimu sebagai reporter terkenal di kota Raccoon akan jatuh nantinya. Kau tahu, ada banyak peristiwa yang terjadi sejak kemarin.. Kudengar di hutan Arklay, masih terdapat sebuah misteri yang belum terungkap hingga sekarang. Aku akan kesana nanti siang, apa kau yakin tidak mau ikut bersamaku dan membantuku?” bujuk Alyssa sekali lagi.

“Kalau kamu mau pergi, pergilah.. Aku akan tetap berada disini, sampai kapanpun. Karena.... disinilah tempatku dan Raesya....”
“Ohh, aku turut berduka atas pacarmu itu.. Tapi kamu juga harus tahu, pacarmu tidak akan membiarkanmu dalam keadaan putus asa seperti ini..” kata Alyssa membuatnya termenung.
“Okay, aku pergi..” Alyssa keluar dari ruangan dan meninggalkan Todd sendiri.
“Pria bodoh tetaplah pria bodoh...” sahut Alyssa dari balik pintu karena kekesalannya terhadap Todd.

Alyssa dan Todd bekerja pada kantor media cetak yang berbeda. Alyssa bekerja sebagai reporter untuk koran harian Raccoon Times sementara Todd dan Raesya adalah pasangan reporter yang bekerja untuk sebuah stasiun televisi, Raccoon Media Channel atau RMC.

Todd mengambil salah satu foto di meja dan memandangnya dalam-dalam.
“Raesya.. Apa yang kamu ingin aku lakukan saat ini? Beritahu aku...” tanyanya. Air matanya kembali mengalir dengan deras.


Raccoon City, 22 September (Daylight - 04.00)
Di jalanan kota Raccoon. Sebuah mobil patroli mengelilingi jalanan sejak tengah malam tadi. Di dalamnya terdapat dua orang polisi. Yang satu seorang polisi pria berusia 23 tahun dan yang satunya lagi seorang polisi wanita berusia 24 tahun. Keduanya adalah polisi muda yang bekerja pada Raccoon City Police Department (R.P.D.).

“Hoahhhmmm, mau sampai kapan sih kita berpatroli keliling kota?” kata si polisi wanita dengan nada malas.
“Sampai jalanan kembali ramai..” jawab si polisi pria yang bertampang kalem. Namanya adalah Rick dan polisi wanita itu bernama Viki.
“Baiklah, setidaknya matahari sudah hampir terbit sebentar lagi...” balas Viki sambil mengusap-usap matanya.
“HQ, patroli cepat kembali ke markas. Ganti.” Terdengarlah suara dari walkie-talkie milik Rick.
“Dimengerti. Kami siap kembali ke markas. Over.” jawab Rick.
“Akhirnyaaa.....” kata Viki lega.

Rick membawa mobil dengan kecepatan penuh menuju kembali ke markas besar R.P.D.
“Hey, ada apa dengan hari ini?” tanya Viki pada Rick yang sedang menyetir mobil R.P.D.
“Kalian tentunya sudah dengar kalau hari ini hari istimewa kan?” tanya Rick.
“Yah, hari ini adalah hari pengumuman hasil pemilihan anggota S.T.A.R.S. Kudengar Kevin telah gagal mengikuti seleksi sebanyak tiga kali, apakah kali ini dia berhasil mendapatkan posisi di S.T.A.R.S.?”
“Hmm, kita lihat saja nanti...”

Setiba di markas besar R.P.D., Rick dan Viki memarkirkan mobil mereka di tempat parkir bawah tanah. Tony yang baru saja kembali dari pusat pelatihan anjing membunyikan klakson untuk menyapa mereka.

“Hai Tony, bagaimana dengan Rocket dan Jo Jo hari ini?” tanya Viki.
“Rocket, Jo Jo, beri salam kepada Nona manis ini..” perintah Tony sambil membuka kandang anjing di bagian belakang mobil.
Guk! Guk! Kedua anjing itu segera berlari mendekati Viki dan menjilatinya.
“Anjing pintar...” puji Viki sambil mengelus-elus kepala kedua anjing itu.
“Sebaiknya kita kembali ke kantor, mungkin Chief Irons ingin menyampaikan sesuatu..” ajak Rick. Viki tersenyum kepadanya.
“Okay, bye bye Rocket, Jo Jo...” Viki bersama Rick keluar dari tempat parkir menuju ke atas, ke  kantor bagian timur.

Saat mereka berdua kembali ke kantor, terdapat keramaian disana. Semua mata tertuju pada papan pengumuman.
“Oh mann, lagi-lagi aku gagal...” kata Kevin pasrah.
“Aww, kelihatannya tidak seorangpun dari kita yang lolos seleksi S.T.A.R.S..” keluh salah seorang polisi lainnya.

Tiba-tiba Chief Irons masuk ke dalam ruangan dengan wajah kesal.
“Perhatian semuanya!” panggil Chief Brian Irons yang secara otomatis membuat semua mata tertuju padanya. “Silakan kembali bertugas, pertemuan kita hari ini dibatalkan.”
“Tapi, Chief.. Ada apa sebenarnya?” tanya Eliott.
“Tidak ada pertanyaan lagi, silakan bubar..” perintah Chief Irons. Mereka pun bubar sesuai perintahnya.
“Chief kelihatannya sudah mulai gila..” kata Viki.
“Mungkin si seksi Jill Valentine sudah meracuni pikirannya hingga menjadi gila” kata Rick yang mengundang tawa polisi lainnya.
“Uuuuuhhhhh... aku adalah zombie...” goda Ryan sambil menirukan gaya zombie.
“Euhh, menggelikan Ryan..” kata Viki yang membuat polisi lainnya kembali tertawa.
“Kelihatannya panggilan di mobil tadi sangat mendesak, aku kira ada apa” balas Rick.
“Aku tak peduli apapun itu dan seberapapun pentingnya. Okay, aku mau pulang ke rumah untuk tidur.. Sampai jumpa nanti malam, Rick...” kata Viki.

Viki meninggalkan Rick dan langsung menuju keluar dari bangunan R.P.D. melalui pintu utama dan melewati pintu pagar samping. Dia meraih motornya lalu menyalakan motornya. Dia melaju dengan kecepatan penuh menuju ke rumahnya di Raccoon City Private Residental Area.

Raccoon City, 22 September 1998 (Morning - 06.30)
Di sebuah pagi yang cerah di salah satu rumah yang ada di Raccoon City Private Residental Area. Wanda menyiapkan sarapan untuk suaminya, Hunter.
“Sayang, sarapan sudah siap...” panggil Wanda yang sedang berada di dapur.

Hunter yang sedang membaca koran di ruang tamu langsung meletakkan kembali korannya di meja dan menuju ke meja makan. Wanda membawakan sarapan mereka, telur mata sapi, roti, salad dan susu.
“Selamat makan, Honey..” kata Wanda.
“Selamat makan juga, Darling..” balas Hunter  sambil tersenyum manis kepada Wanda.

Setelah selesai makan, Hunter berpamitan dengan istrinya untuk pergi bekerja. Hunter mencium kening istrinya lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Hunter melambaikan tangannya. Wanda membalas lambaian tangannya. Hunter menjalankan mobilnya meninggalkan rumahnya.

Hunter bekerja di Raccoon City Junior High School, sebuah sekolah menengah pertama yang paling besar dan hanya satu-satunya di kota Raccoon.

Hunter memarkirkan mobilnya lalu masuk ke halaman sekolah. Raccoon City Junior High School memiliki halaman yang sangat luas dengan banyak semak tinggi yang menjadi labirin, tempat para siswa-siswi biasa bermain petak umpet. Di tengah halaman, terdapat sebuah air mancur dengan patung seekor rakun yang menjadi simbol kota Raccoon. Terdapat tiga lantai bangunan sekolah, dengan fasilitas belajar yang lengkap dengan perpustakaan sekolah, kafeteria, dan ruang penunjang belajar lainnya, seperti laboratorium dan ruang komunikasi.

Hunter  memasuki bangunan sekolah lalu menaiki tangga dan berjalan menuju ke dalam kelasnya di lantai dua.
“Selamat pagi, Pak Hunter..” sapa seorang anak.
“Pagi, Daniel...” balasnya.

Setibanya di kelas, suasana kelas yang tadinya ribut dan gaduh menjadi sunyi setelah kedatangan Hunter. Setelah Hunter berdiri di tengah kelas, anak - anakpun berdiri.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Hunter.
“Pagi Pak Hunter....” balas murid-muridnya serempak.
“Bagaimana kabar kalian hari ini?”
“Kami baik-baik saja, bagaimana denganmu, Pak?”
“Saya juga baik-baik saja hari ini.. Silakan duduk kembali..”

Hunter adalah guru matematika di sekolahnya. Anak-anak menyukainya karena keramahannya. Jarang sekali dia marah-marah di kelas seperti guru-guru mereka yang lainnya, bahkan tidak pernah sama sekali dia marah di hadapan mereka. Hunter selalu mengajar murid-murid dengan sabar.
“Oke, kita lanjut pelajaran terakhir kita minggu lalu, tentang variabel”

Cara Hunter menerangkan rumus-rumus matematika sangat mudah diserap oleh para murid, sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang menyebalkan bagi mereka. Tiba-tiba di tengah pelajaran, seorang anak yang sedang mengerjakan soal di papan tulis mendadak pingsan. Hunter yang panik langsung buru - buru menghampirinya dan berusaha menyadarkannya.
“Angela, Angela, kau baik-baik saja? Angela, sadarlah..” panggil Hunter berusaha menyadarkannya.
“Hunter menggendongnya dan membawanya ke ruang kesehatan. Teman dekatnya mengikuti mereka dari belakang, Karen.

Sementara itu di tempat yang berbeda, di Raccoon City Private Residental Area, Viki yang sudah sampai di rumahnya, telah tertidur pulas di sofa. Tapi tak lama kemudian seseorang membunyikan bel pintu.
“Tidak ada orang di rumah..!!” bentaknya sambil setengah tertidur.

Tapi bel pintu terus menerus berbunyi hingga mengganggu tidurnya. Viki yang kesal kemudian berjalan dengan emosi menuju ke pintu depan rumahnya. Dia membuka pintu. Terlihat seorang pria berpakaian dokter mengunjunginya.

“SIAPA!!?” tanyanya kesal.
“Wah, wah.. Dua tahun tidak bertemu, kamu masih saja kasar dan tukang tidur yah?”
“Saya lelah karena bekerja semalaman. LAGIPULA, SIAPA ANDA?? BERANI-BERANINYA MENGGANGGU TIDUR SAYA??” tanyanya lagi.
“Dr. Louis Kane.”

Viki kemudian terdiam seolah tak dapat berkata apa-apa ketika mendengar nama itu, lalu dia mengusap-usap matanya dan melihat sesosok pria yang dia kenal di depannya. Viki kemudian menyuruhnya masuk.

“Apa yang kamu inginkan dariku setelah kamu menghilang selama dua tahun?” tanya Viki.
“Apakah ada larangan dalam hukum negara, seorang mantan kekeasih berkunjung ke rumah mantan kekasihnya?”
“Louis, itu masa lalu!” kata Viki mulai terpancing emosi.
“Baiklah, baiklah..” kata Louis sambil menyalakan rokoknya.
“Hey, dilarang merokok disini!” bentak Viki marah. Viki merebut puntung rokok itu dari Louis dan membuangnya ke asbak.
“Tidak ada perubahan selama dua tahun.. Baguslah..” sindir Louis.
“Ngomong-ngomong, Louis, ada apa sebenarnya??” tanya Viki.
“Sebenarnya..... aku ingin mengajakmu untuk meninggalkan kota ini..”
“Apa??” kata Viki terkejut, kemudian dia tertawa geli.
“Kenapa kamu tertawa?” tanya Louis.
“Jawabannya tentu tidak. Aku tidak akan meninggalkan kota ini kecuali jika aku harus benar-benar pergi. Kau tahu, aku adalah seorang polisi dan tugasku adalah mengabdi kepada kota ini..”
“Yeah, sejak dulu kau memang sangat sulit untuk dapat kupengaruhi.”
“Kalau kamu tahu begitu, kenapa kamu masih disini??”
Louis terdiam. Lalu kemudian dia berkata, “Sebenarnya ada alasan lain kenapa aku ada disini..”
Viki terdiam lama dan saling berpandangan dengan Louis. Entah apa yang hendak dikatakan oleh Louis, tapi kelihatannya Viki pun tak dapat menduganya.
“Cepat atau lambat, kita akan segera meninggalkan kota ini..” kata Louis membuat Viki penasaran atas apa yang sebenarnya terjadi.


Raccoon City, 22 September 1998 (Morning - 10.30)
Di ruang kesehatan. Karen, sahabat dekat Angela terus menemani Angela hingga dia siuman.
“Karen? Aku ada dimana?” tanya Angela yang tampak kebingungan.
“Ruang kesehatan, Angela.. Tadi kamu pingsan, Pak Hunterlah yang telah membawamu kemari” jawab Karen.
“Wah, kamu sudah sadar rupanya, Sayang... Syukurlah...” kata perawat sekolah yang bernama Beth.
“Suster Beth, ada apa dengan saya?” tanyanya heran.
“Kamu kurang darah, akhir-akhir ini kamu kekurangan vitamin sehingga tubuhmu melemah..” jawab suster Beth. “Jangan khawatir, kalau cukup istirahat dan makan buah - buahan, kamu dapat kembali sehat.”

Tiba - tiba seseorang mengetuk pintu lalu masuk ke dalam ruangan.
“Hunter, ada apa?” tanya Suster Beth.
“Maaf, Suster.. Izinkan saya mengantar Angela pulang..” mohon Hunter kepada Suster Beth.
“Loh, tapi Pak.. saya kan..” cela Angela karena tidak ingin merepotkan gurunya itu.
“Sudahlah, terima saja tawaran Pak Hunter..” bujuk Karen. Angela tersenyum lalu menerima tawaran Hunter untuk mengantarnya pulang.
“Semoga kamu cepat sembuh, Angela...” kata Karen yang kemudian meninggalkan ruang kesehatan dan kembali ke kelasnya.

Hunter mengantarkan Angela pulang dengan mobilnya. Rumah Angela tidak begitu jauh dari rumah Hunter, hanya berbeda beberapa blok saja. Rumah Karen tepat bersebelahan dengan rumah Hunter.

“Baiklah, kamu hati-hati yah, Angela..”
“Iya, Pak.. Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang..”
Hunter meninggalkan Angela dan kembali masuk ke mobilnya. Dia membawa mobilnya kembali ke sekolah. Perlahan Angela masuk ke dalam rumah.
“Mama....” panggil Angela sambil berjalan perlahan menuju ke kamar Ibunya. Tidak ada jawaban yang terdengar.
“Mamaa?” panggilnya sambil perlahan membuka pintu. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, namun tidak melihat keberadaan Ibunya.
“Wuuaaa..” jeritnya begitu melihat Ibunya berdiri tepat di belakangnya.
“Angie! Kamu mengagetkan Mama, Sayang!” kata Nyonya Davidson terkejut.
“Maaf, habis Mama sih muncul secara tiba-tiba di belakang..” jawab Angela.
“Kenapa kamu sudah pulang, Sayang?”
“Badanku melemah dan jatuh pingsan, Ma..”
“Yasudah kamu ganti pakaian lalu istirahat saja yaa, biar Mama ambilkan kamu obat..”
“Baik, Ma.......”


Raccoon City, 22 September 1998 (Morning - 11.00)
Di sebuah pusat penelitian Umbrella di bawah tanah. Tempat rahasia Dr. William Birkin meneliti virus-G hasil ciptaannya yang merupakan hasil pengembangan dari virus-T. Seseorang membuka pintu.
“William!” panggilnya.
“Ada apa, Sayang?” tanya William. Seorang wanita yang juga berpakaian peneliti memeluknya. Namanya adalah Annette Birkin, istrinya.
“Apa - apaan ini, Sayang?” tanyanya lagi.
“Jika Umbrella tahu bahwa kau berhasil mengembangkan virus jenis baru itu, maka itu akan membahayakan kita.”
“Jangan khawatir, aku tak akan membiarkan Umbrella memiliki apa yang telah kita bangun bersama - sama, Sayang..” merekapun berciuman.
“Baiklah kalau kamu bilang begitu, aku akan kembali ke tempatku..” kata Annette. Annette kemudian kembali meninggalkan William sendiri.
“Aku tidak akan membiarkan siapapun mencuri virus ciptaanku ini dariku..” tegas William kepada dirinya sendiri.

Sementara itu, di Raccoon City Public Library. Seorang gadis muda berpenampilan kutu-buku dengan rambut dikepang dan kacamata di wajahnya dan berusia 22 tahun sedang merapihkan buku-buku sesuai dengan letak semestinya.
“Anak - anak, aku benci mereka..” kata gadis itu.

Namanya adalah Luna James Wattson. Seorang pustakawan, mantan penulis buku. Dia sekarang bekerja sambilan di Raccoon City Public Library karena hobinya membaca buku, namun ternyata pekerjaannya tak semudah yang ia kira, karena ketidaksukaannya terhadap anak-anak, hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di perpustakaan.
“Luna, cukup.. Kamu boleh pulang..” kata Ibu senior penjaga perpustakaan.
“Umm, okay, Bu..”
“Ini bayaranmu selama seminggu bekerja di perpustakaan ini” kata Ibu senior sambil menyodorkan amplop berisi uang kepada Luna.
“Baiklah, terima kasih, Bu karena telah menerima saya bekerja disini selama seminggu..”
“Yaahh, pergilah.. Anak-anak bahkan tidak menyukai keberadaanmu disini!” sindirnya.

Mendengar perkataan Ibu senior itu, Luna mulai geram tapi dia berusaha menahan emosinya.
“Justru akulah yang tidak menyukai keberadaan anak-anak itu disini!” katanya dalam hati. Dia kemudian meninggalkan perpustakaan itu.

“Kemana aku harus pergi setelah ini, ya?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Luna berjalan tanpa tahu kemana arahnya. Dia tinggal sendiri di kota ini dan sampai saat ini belum memiliki seorangpun kerabat dekat.

Luna berjalan menuju ke jembatan layang kota Raccoon.
“Mungkin inilah saatnya aku mengakhiri semuanya....” katanya.

Kemudian perlahan air matanya mengalir dengan deras. Perlahan dia berjalan hingga ke tengah-tengah jalan jembatan layang. Dia lalu  berdiri di atas pembatas untuk pinggiran jembatan layang dan telah siap melompat ke bawah. Terlihat jelas mobil-mobil yang melaju di jalan raya yang ada di bawahnya.
“Mama, Papa... Maafkan aku.. Aku tak sanggup lagi melanjutkan semua ini....” katanya.
Perlahan kemudian dia menutup matanya lalu melompat. Namun, seseorang menyelamatkannya dan mencegahnya melompat sebelum dia berhasil melompat.


Raccoon City, 22 September 1998 (Noon - 01.00 PM)
Di Wendell st. dimana ada sebuah rumah jompo bernama Raccoon’s Future Home yang didirikan sejak tahun 1905 sampai dan sekarang masih bertahan. Tempat ini menjadi tempat tinggal 15 orang tua dan tiga orang perawat muda dan seorang pemilik rumah jompo tersebut, yang juga sudah lanjut usia.

Clara turun dari truknya membawakan obat-obatan untuk Raccoon’s Future Home. Clara membunyikan bel pintu rumah jompo tersebut dan disambut oleh Dennis, pemilik rumah jompo.
“Well, halo Clara.. silakan masuk...” pinta Dennis hangat.
“Pesanan biasa, Dennis..” kata Clara.

Clara tersenyum lalu masuk ke dalam rumah jompo. Setiap orang tua di rumah jompo yang melihatnya pasti bisa tersenyum, karena Clara dijuluki sebagai “Miss Unbreakable Smile” yang selalu tersenyum dalam keadaan apapun dan selalu bisa membuat orang-orang di sekitarnya tersenyum ketika melihat senyumannya.

“Halo Nona Clara..” sapa Nyonya Charlotte yang selalu merasa dirinya cantik dan paling muda di antara para penghuni rumah jompo lainnya. Memanggilnya sebagai Nona adalah sebuah keharusan.
“Halo Nona Charlotte... Cantik seperti biasanya ya?”
“Tidak lebih cantik darimu, Nona Clara, hohoho...”

Clara dipandu Dennis menuju ke ruang farmasi. Clara kemudian meletakkan obat-obatan yang dibawanya ke dalam kabinet tempat penyimpanan persediaan obat-obatan dengan rapih.
“Dennis, tolong tanda tangan disini...” pinta Clara sambil memberikan pulpen dan sebuah form dari Raccoon City Medical Supplies Center, tempat Clara bekerja sebagai apoteker. Dennis lalu menandatanganinya lalu mengembalikan pulpen serta form tersebut kepada Clara. Dennis kemudian mengantar Clara kembali ke pintu masuk Raccoon’s Future Home.

“Aku akan kembali kemari untuk mengecek persediaan obat-obatan disini tiga hari lagi, jadi tolong jaga kesehatan kalian yaa...”
“Baiklah, Nona Clara, terima kasih atas bantuan dan motivasinya untuk kami, para orang tua...” kata Dennis. Clara kemudian tersenyum manis hingga membuat para orang tua mesum menjadi tergila-gila.
“Eh, ehem, ehem..” cela Nona Charlotte yang merasa cemburu. Clara kemudian meninggalkan rumah jompo tersebut dan masuk ke dalam truknya. Clara menyalakan mesin truk lalu melambaikan tangan kepada Dennis. Dennis membalas lambaiannya dan Clara kemudian meninggalkan rumah jompo tersebut lalu mengendarai truk kembali ke Raccoon City Medical Supplies Center.


Raccoon City, 22 September 1998 (Noon - 02.30 PM)
Luna tertidur di sebuah sofa di sebuah bar.
“Mama.... Papa......” igau Luna.
“Apakah kamu baik-baik saja, Nak??” panggil seorang pria yang tak dikenalnya hingga membuatnya membuka mata dan tersadar dari mimpinya.
“Wuuaaa, siapa kamu??” tanyanya.

Luna terbangun lalu memakai kacamatanya yang ada di atas meja bar. Luna perlahan mendekati pria itu lalu perlahan mengusap halus pria itu.
“Kamu? Apakah dewa kematian setampan ini??” katanya membuat laki-laki itu terkejut.
“Apa kamu bilang?? Dewa kematian?? Apakah dewa kematian akan menyelamatkan nyawa seseorang yang berusaha mencoba bunuh diri??” tanya laki-laki itu agak kesal.
“Apa !? Bukankah seharusnya aku sudah mati??” tanya Luna heran.
“Bersyukurlah karena aku telah menyelamatkan nyawamu..”

Wajah Luna berubah kesal. Dia lalu mencengkram kuat-kuat kerah baju laki-laki itu dan mengangkatnya.
“A, apa-apaan ini? Le, lepaskan aku!” pintanya.
“Untuk apa kau mencoba menyelamatkanku?? Aku tidak memintamu menyelamatkanku kan??” ancam Luna penuh emosi.
“Stop !! Lepaskan dia!” perintah seorang wanita yang dengan kaus putih dan rambut pirang.

Perlahan Luna melepaskan cengkramannya dan membuat laki-laki itu bernafas lega. Wanita itu menyuruh Luna duduk dengan tenang di salah satu meja bar.
“Namaku Regan Mallet, pemilik bar ini dan ini adalah teman sekaligus rekan kerjaku, sang Bartender, Kenneth Immanuel Lucifer, siapa namamu?” tanya Regan ramah.
“Namaku.... Luna James Wattson..” jawab Luna yang telah luluh hatinya.
“Langsung saja ke intinya, kenapa kamu ingin melakukan bunuh diri, Luna? Bunuh diri itu tindakan yang paling bodoh yang pernah dilakukan manusia, kau tahu?” tanya Kenneth asal bicara. Regan mencubit perutnya. “Aww, sakit tahu!” keluhnya.
“Sebenarnya.......” perlahan Luna menceritakan alasannya. Dia tak sanggup lagi hidup di dunia yang kelam ini. Dia merasa tidak memiliki bakat menjadi penulis ataupun menjadi seorang pustakawan. Apalagi dia sangat tidak menyukai anak-anak, sehingga dia kehilangan satu-satunya pekerjaan yang dimilikinya. Kedua orang tuanya mengirimnya ke kota Raccoon karena kedua orang tuanya ingin dia hidup mandiri, apalagi mereka berasal dari desa dan merupakan golongan tidak mampu.

“Oohh, jadi begitu... Regan, apa kamu memikirkan hal yang sama dengan apa yang kupikirkan?” tanya Kenneth.
“Tentu saja! Baiklah Luna, karena kelihatannya kamu sangat membutuhkan pekerjaan, kamu bisa bekerja disini sebagai pelayan wanita.. Kebetulan kami sedang kekurangan staf disini” jawab Regan hingga membuat Luna senang. Luna perlahan tersenyum karena dia tidak harus kembali ke tempat kedua orang tuanya.
“Mommyyyyy, aku pulang...!!” panggil seorang anak perempuan.
“Kyaaaaa, a, anak-anak...” kata Luna terkejut melihat anak perempuan itu.
“Oh iya, aku belum bilang.. Ini adalah putriku, Lucy.. Aku harap kamu akan terbiasa dengannya.. Dari ceritamu, aku tahu kamu hanya perlu belajar untuk terbiasa bergaul dengan anak-anak”
“Ohh, tidak.......” kata Luna pasrah.
“Kenapa? Tidak masalah kan?” sindir Kenneth. Luna hanya bisa menunduk pasrah lalu menggelengkan kepalanya.


Raccoon City, 22 September 1998 (Afternoon - 15.30)
Di sebuah laboratorium bawah tanah milik Umbrella lantai B7.
“Namaku Katarina, aku adalah calon peneliti junior baru disini.. Salam kenal..” kata Katarina yang sedang merasa gugup di hari pertamanya berbicara sendiri dengan cermin miliknya.
Katarina menarik nafas dalam - dalam lalu keluar dari lorong utara menuju ke laboratorium B7.  Dia menggunakan kartu aksesnya untuk masuk kesana. Namun tidak ada seorangpun di ruang penelitian itu.
“Kemana perginya para peneliti seniorku?” tanyanya kepada dirinya sendiri.

Dia berjalan perlahan mendekati sebuah tabung kaca di bagian tengah laboratorium B7. Katarina menatap dalam-dalam sebuah makhluk yang ada di dalam tabung kaca besar itu. Sebuah monster hasil mutasi dari reptil yang merupakan hasil ciptaan Umbrella.

“Nona Katarina... apa yang kau lakukan??” tanya seorang peneliti yang membuat Katarina terkejut.
“Astaga, kau mengejutkanku!” kata Katarina membuat peneliti itu tertawa. Katarina lalu langsung bertanya, “Makhluk di dalam tabung itu, namanya apa??”
“Hunter “MA-125 R” atau Hunter “R”, begitulah kami menyebutnya..” jawab si peneliti itu.
“Hunter “R”??”
“Yah, makhkluk eksperimen ini dinamakan Hunter karena spesies ini akan menjadi pemburu nantinya.. Kamu akan lihat dengan sendirinya nanti jika saatnya sudah tiba”
“Apa kau gila??”
“Hahaha, hanya bercanda... Okay, mari kita lihat spesies selanjutnya..” ajak peneliti itu.

Mereka berdua berjalan menuju ke lorong utara lalu terhenti di salah sudut tembok. Professor itu menoleh ke kanan lalu ke kiri, seakan memastikan agar tiada orang lain yang melihat mereka. Professor kemudian membuka sebuah kotak panel yang ada di sudut tembok lalu menggesekkan kartu aksesnya ke dalam sebuah card reader. Cklik! Perlahan tembok terbuka memungkinkan mereka mengakses ruangan tersebut. Tak lama setelah mereka berdua masuk, dinding kembali menutup. Mereka berada di sebuah laboratorium gelap, Katarina menyadari bahwa tempat tersebut illegal dan sangat dirahasiakan.

“Perkenalkan Katarina, namaku adalah Professor Bill Court. Aku adalah peneliti senior yang akan membimbingmu di fasilitas ini..” tegas Professor Bill.
“Aku sudah mendengar namamu sebelumnya. Boleh kutanya, tempat apa ini?” tanya Katarina sambil memeluk lengannya sendiri karena merasa merinding.
“Kami menyebutnya, surga..” jawab Professor Bill.
Tiba - tiba, dinding terbuka kembali lalu seseorang masuk ke tempat penelitian rahasia itu.
“Pak, ada masalah di sektor B6..” panggil orang itu yang kelihatannya merupakan asisten Professor Bill yang memiliki akses ke tempat penelitian rahasia tersebut..
“Oke, aku akan kesana.. Katarina silakan melihat-lihat terlebih dahulu, oke?” kata Prof. Bill yang kemudian secar lembut mengusap-usap rambut panjang Katarina. Katarina hanya bisa tersenyum dengan sangat terpaksa.

Professor Bill bersama asistennya meninggalkan tempat penelitian yang gelap itu. Katarina perlahan mendekat ke salah satu tabung hitam gelap yang tertutup dan mendengar sesuatu yang aneh.
“Makhluk apa yang ada di dalam sini??” tanyanya kepada dirinya sendiri.

Katarina menyentuh tabung hitam itu dan merasakan sesuatu bergerak di dalamnya. Karena penasaran Katarina menuju ke komputer dan menekan tombol untuk membuka lapisan tabung hitam tersebut. Perlahan lapisan pelindung yang berwarna hitam gelap itu turun dan membuka sebuah tabung kaca di dalamnya.
“Kyaaaaaa!!” dia terkejut ketika melihat seekor makhluk berbentuk seperti cicak mengerikan yang berkulit hijau dan memiliki cakar tajam bergerak di dalamnya dan menatap matanya dengan tajam. Katarina kemudian berlari meninggalkan ruangan tersebut dan membuka dinding dengan panel di sebelahnya menggunakan kartu akses milik Prof. Bill yang tertinggal di atas meja.


Raccoon City, 22 September 1998 (Afternoon - 16.30)
Di Arklay Forest, sedang dilakukan investigasi-ulang atas terjadinya kembali kasus yang sama dengan beberapa waktu yang lalu atas pembunuhan yang terjadi di daerah hutan ini. Para korban yang rata-rata adalah pendaki gunung kembali ditemukan lagi hari ini dengan kondisi yang sama, tercabik-cabik oleh makhluk yang diduga adalah binatang buas. Tiba-tiba, Todd datang dan masuk ke dalam area investigasi.
“Aku mencari reporter Alyssa, apa kau melihatnya?” tanya Todd kepada salah seorang polisi.
“Pergilah! Reporter dilarang masuk ke area investigasi!” jawabnya.
“Aku hanya ingin bertanya apakah barangkali Anda melihat seorang reporter bernama Alyssa Ashcroft di sekitar sini?”
“Dia tidak ada disini..” jawab polisi itu lagi.
“Kemana dia pergi, ya?” tanya Todd kepada dirinya sendiri.
“Mencari seseorang, Nak?” tanya officer Jeff.
“Emm, ya.. Saya mencari Alyssa Ashcroft dari koran lokal Raccoon Times, apa kau melihatnya?”
“Heyy, tunggu dulu.. Rasanya aku pernah melihatmu sebelumnya..” seru officer Jeff.
“Emmm....” gumam Todd.
“Kau Todd Azrakane kan? Reporter terkenal dari stasiun televisi RMC? Ada urusan apa kamu kemari?” tanya officer Jeff lagi.
“Seperti yang kubilang, aku sedang mencari reporter Alyssa Ashcroft..” jawab Todd lagi.
“Alyssa? Maksudmu si reporter yang keras kepala itu? Rasanya aku melihatnya, setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada beberapa petugas di area investigasi ini, dia langsung kembali ke arah kota Raccoon..”
“Apa!? Jadi secepat itukah dia pergi??” tanya Todd.

Officer Jeff hanya menggelengkan kepala. Tiba-tiba seorang polisi wanita bersama seorang dokter datang menghampiri officer Jeff. Mereka adalah Viki dan Louis.
“Officer Jeff, kudengar kalian menemukan dua mayat korban binatang buas lagi hari ini di sekitar sini, apa itu benar?” tanya Viki.
“Apa?! Mayat lagi?? Bukankah beberapa waktu lalu juga baru saja ditemukan mayat?” kata Todd terkejut.
“Bukankah dia Todd, reporter yang mengalami depresi karena kehilangan pacarnya yang meninggal karena kecelakaan itu ya?” bisik Viki kepada Jeff.
“Yap, benar sekali, lalu untuk apa kau datang kemari, Viki?” tanya officer Jeff balik.
“Ini adalah rekanku, Dr. Louis Kane, dokter bedah specialis dari Raccoon City General Hospital..” jawab Viki.
“Kenapa kau tidak bilang saja kalau aku ini pacarmu, Viki?” bisik Louis.
“Sembarangan saja kalau bicara! Kita ini sudah menjadi mantan, ingat itu!” kata Viki kesal.

Officer Jeff kemudian menuntun mereka ke lokasi kedua mayat tersebut diikuti oleh Todd yang juga penasaran. Terlihat dua mayat yang ditemukan di tempat yang berbeda.
Todd menyalakan handycam-nya dan merekam aksi Viki dan Louis yang sedang melakukan autopsi ulang.

“Sepertinya benar, dari bekas gigitannya mereka benar-benar tercabik-cabik oleh binatang buas.. Tapi apa ada binatang buas seliar ini di pegunungan ini??” tanya Louis.
“Seperti... tercabik-cabik oleh anjing atau serigala....” jawab Viki asal menerka.
“Sepertinya tim kepolisian juga sampai sekarang belum dapat menemukan keberadaan binatang buas tersebut dan sampai sekarang belum ditemukan saksi, apalagi dari hari ke hari semakin banyak orang yang hilang di sekitar Arklay Forest dan Arklay Mountain” tambah Officer Jeff.

Todd kemudian memfokuskan handycam-nya ke arah Officer Jeff. “Hey, Nak.. Matikan handycam-nya!” perintah officer Jeff.
Louis mengambil sedikit sampel darah dari kedua korban dan memasukkannya ke dalam tabung khusus.

Tiba-tiba, officer Josh datang dan menghampiri mereka.
“Viki, semua sudah terkendali, silakan kembali ke tempatmu..” perintah officer Josh.
“Baik, Pak!” kata Viki pasrah. “Ayo, Louis!”

Viki dan Louis kembali berjalan menuruni pegunungan Arklay diikuti oleh Todd.
“Hey, bukankah kau sedang berputus asa atas kematian pacarmu itu?” tanya Viki.
“Kau mengenalnya, Viki?” tanya Louis heran.
“Ya, dia adalah reporter terkenal dari stasiun televisi Raccoon Media Channel yang berhasil mengambil gambar meledaknya mansion dan terbangnya helikopter yang berhasil melarikan diri dari mansion yang meledak itu.. dan dia dan pacarnyalah salah seorang yang bertanggung jawab atas tuduhan yang ditujukan kepada Chris Redfield dan empat anggota S.T.A.R.S. lainnya...”
“Chris Redfield? Legenda S.T.A.R.S. Bravo team itu??” tanya Louis.
“Yap, seandainya mereka tidak mengambil gambar bukti tersebut, mungkin mereka akan membebaskan Jill Valentine dan Chris Redfield dari tuduhan membuat lelucon di depan hukum”
“Hey, kenapa aku yang harus bertanggung jawab, lagipula omong kosong macam apa yang mereka katakan tentang kejadian di mansion itu?? Zombie, betapa konyolnya mereka!” bantah Todd.
“Karena memang kenyataannya kaulah yang memulai semuanya, mengerti!!” balas Viki kesal. “Kita lihat saja, apakah omong kosong yang mereka katakan ternyata benar adalah kenyataan, apa yang akan kau lakukan?”
“Tentu saja aku akan melepas jabatanku sebagai seorang reporter..” jawab Todd agak ragu- ragu.
“Hmm, aku akan ingat kata-katamu itu” tegas Viki.

Mereka tiba di gerbang masuk menuju ke pegunungan dan hutan Arklay, disanalah pintu keluar satu-satunya.
“Okay, kita berpisah disini, Todd..” kata Louis.
“Baiklah, sampai ketemu lagi lain kali..” balas Todd.
“Aku punya firasat kalau kita akan segera bertemu kembali di lain waktu..” tambah Viki.
“Okay, sampai jumpa..” Todd kemudian masuk ke mobilnya dan menyalakan mesinnya. Dia melambaikan tangannya dari kaca jendela. Viki dan Louis membalas lambaian tangannya. Mobil Todd melaju perlahan meninggalkan mereka.

Louis membuka pintu mobilnya dan mempersilakan Viki masuk ke dalam mobil. Viki perlahan masuk ke dalam mobil Louis disusul oleh Louis. Mobil melaju dengan kecepatan penuh dan mereka meninggalkan pintu masuk hutan dan pegunungan Arklay.


Raccoon City, 22 September 1998 (Evening - 18.00)
Di sebuah Underground Research Center Laboratory milik Umbrella, tempat William meneliti virus ciptaannya.
“Virus-G ciptaanku.. Aku tidak akan membiarkan seorangpun mencurinya dariku..” kata William.

Tiba-tiba tamu tak diundang masuk dan membuat William terkejut. William terburu - buru mengambil pistol dan menodongkannya ke arah mereka. U.S.S. Alpha team utusan Umbrella yang diketuai oleh Hunk masuk dan mengancam William, “Itu dia!” serunya.
“Jadi, kalian pada akhirnya datang juga...” kata William.
“Roger, kami disini untuk mengambil sampel dari virus-G..” kata Hunk.
“Maaf, tapi aku tidak akan membiarkan seorangpun mencurinya dariku..” tegas William.

Senapan mesin telah mengarah pada William dan siap menembak William. “Aku tidak akan membiarkan Umbrella memilikinya..” kata William sambil perlahan mundur.

Tapi dia tanpa sengaja malah menjatuhkan gelas di atas meja kerjanya dan membuat salah satu officer Umbrella menembaknya dengan senapan mesinnya.
“Stop! Kamu dapat merusak sampelnya!” perintah Hunk. “Ambil semua sampel virus-T dan virus-G-nya!”

Mereka mencuri sampel yang berada dalam koper.
“Ini dia kan?” tanyanya memastikan.
“Oke, ayo pergi dari sini!” ajak Hunk.

Mereka kemudian meninggalkan William yang sudah sekarat sendiri. Tak lama, datanglah Annette.
“William, kau tidak apa-apa??” katanya terkejut. “Bertahanlah, aku akan mencari bantuan..”
Annette kemudian meninggalkannya sendiri.

Sementara itu, di gorong-gorong kota Raccoon tim Alpha masih dalam perjalanan keluar.
“Disini tim Alpha.. Kami berhasil mengamankan sampel virus-G dan virus-T. Ganti.”
“Disini HQ, kembali ke markas segera. Over.”
”Roger!”

William yang sudah sekarat masih berusaha bertahan dan mengambil suntikan berisi virus-G dan menyuntikkannya ke tubuhnya sendiri.
“Uuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhh !!!!!!”
“Suara apa itu??” tanya salah seorang officer kepada rekannya yang membawa koper berisi sampel virus.
“Ada sesuatu yang tidak beres, haruskah kita mengeceknya?” mereka berdua kembali ke rute sebelumnya, kemudian, muncul William yang sudah bermutasi perlahan mendekati mereka.
“Makhluk apa itu?”
Mereka berdua kemudian menembakkan senapan mesin ke arah monster itu. Namun tanpa basa-basi lagi William langsung menyerang mereka.

“Wuuuuuaaaaaaaaaa....!!!” jeritan itu terdengar oleh dua officer Umbrella yang lain.
William menghancurkan sampel virus yang ada di dalam koper hingga tak tersisa.
“Ayo!!” mereka berdua kemudian menuju ke sumber suara dan dikejutkan oleh monster William.
“Makhluk apa itu??” katanya terkejut.

Mereka berdua mulai menembakkan senapan mesin ke arah monster tersebut. Namun peluru mereka tidak cukup efektif melawan monster William yang sudah bermutasi. Monster itu membunuh salah satu officer dengan cara yang sadis hingga membuat rekannya shock.
“Jangan mendekat!!”  katanya sambil terus menembakkan senapan mesin ke arah monster itu. Tapi kemudian dia tersudut dan William berhasil membunuhnya.
“Kyyaaaaaaaaaa..................!!!” jeritnya untuk terakhir kali...

Tikus-tikus perlahan mendekati pecahan sampel virus dan meminumnya, tanpa mereka ketahui bahwa virus itu akan membawa bahaya.

William terus mengejar anggota U.S.S. Alpha Team yang ada di sekitar wilayahnya.
Dia membunuh satu per satu musuh yang menghalangi jalannya untuk mencegah sampel virus-G sampai ke tangan Umbrella.

Hingga saat tidak ada satupun yang tersisa, William terus memburu orang-orang yang dia anggap sebagai musuh. William menghancurkan sampel-sampel virus-G yang ada di tangan para anggota U.S.S. Alpha Team dan membunuh mereka tanpa belas kasihan. Darah bertumpahan dimana-mana. Bunyi senapan mesin dapat terdengar sesaat namun William bukan lagi William. Dia telah berubah menjadi monster mutasi dari Virus-G.

Hanya satu anggota U.S.S. berhasil selamat. Yah, dialah Hunk, sang ketua yang terkenal dengan sebutan “God of Death”. Perlahan setelah William pergi, Hunk bangkit dan mengambil sampel virus-G yang ternyata masih utuh.

Seorang anggota U.S.S. yang sedang sekarat dan terbaring di tanah menggerakkan tangannya. Dia masih bernafas dan berusaha untuk bertahan. Tapi tak lama kemudian pasukan tikus mendekatinya dan memakan dagingnya. Membuat anggota U.S.S. itu merintih kesakitan, namun karena tubuhnya melemah, dia tak dapat mengeluarkan suaranya hingga tiba saatnya dia mati....

Yah, tikus-tikus itu adalah tikus - tikus yang telah terinfeksi virus-T. Disinilah awal dari mimpi buruk dimulai...

Sebuah awal yang tak mereka duga sebelumnya. Awal dimana kota Raccoon diserang oleh sebuah penyakit mematikan dan yang tak terbayang sebelumnya. Sebuah berita yang dibawa oleh S.T.A.R.S. yang mereka anggap sebagai lelucon kini menjadi kenyataan.....

BERSAMBUNG KE PART #2 : AN INCIDENT IN THE LABORATORY

Terima kasih sudah membaca.
Cerita ini ditulis oleh : Harry Pahlawan

No comments:

Post a Comment

Budayakan mengucap terima kasih sesudah mendownload.
Hargailah sang penulis yang telah meng-upload file dan menulis artikel berjam-jam tanpa imbalan apapun.
Anda bebas berkomentar disini dengan SOPAN, tanpa unsur debat atau menjelek-jelekan karya penulis.
Harap untuk tidak berkomentar dengan huruf BESAR SEMUA.

Followers