Hallo sobat Lonely, gimana kabar kalian nih? Saya kembali dengan membawakan karya tulis saya dari resident Evil Outbreak yang jauh dari cerita aslinya, barangkali ada yang berminat membaca, hehehe..
Maaf yah
kalo banyak kesalahan dan gak nyambung sama cerita RE Outbreak dan RE Outbreak
file #2 yang sesungguhnya. Mohon makhlum, saya hanya berimaginasi saja melalui media ini.
PART #1 : BEFORE THE OUTBREAK START SPHREADING
(OPENING SCENARIO)
Starring : Regan Mallet (pemilik
bar), Lucy Mallet (putri dari Regan), Hunter G. Trevor (guru), Katarina de
Mosquito (peneliti baru Umbrella), Louis Kane (dokter bedah specialis), Viki
Water (petugas kepolisian wanita), Rick Johnson (petugas kepolisian), Kenneth
I. Lucifer (bartender), Luna J. Wattson
(pustakawan), Karen Glenn (murid SMP).
Also Starring : Alyssa Ashcroft (reporter), Kevin Ryman (petugas kepolisian), Wanda Isabella Trevor (istri Hunter), Jeff Hawkins (petugas investigasi kepolisian).
Take Place at : Raccoon City
Also Starring : Alyssa Ashcroft (reporter), Kevin Ryman (petugas kepolisian), Wanda Isabella Trevor (istri Hunter), Jeff Hawkins (petugas investigasi kepolisian).
Take Place at : Raccoon City
Raccoon City, 21 September 1998 (Before Midnight - 11.30 PM).
Suatu malam yang tenang di kota Raccoon. Kota yang penuh hiburan dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa. Yah, disinilah dimana semua menyadari adanya kehidupan di dalam kegelapan. Jauh di dalam bawah tanah, terdapat kehidupan yang tak pernah diduga oleh manusia sebelumnya. Di sinilah pusat dari penelitian tertinggi Umbrella Corporation.
Seorang pria berusia 30 tahun sedang merayakan ulang tahun pernikahannya bersama istriny yang berusia 28 tahun. Namanya adalah Hunter Gillman Trevor dan istrinya adalah Wanda Isabella Trevor. Sudah setahun lamanya mereka menikah dan mereka belum dikaruniai seorang anak. Mereka makan malam bersama di restoran ala itali sederahana bernama Ann's.
"Happy anniversary,
Sayang.." kata Hunter lalu mencium kening istrinya.
"Honey, bagaimana kalau kita
pergi liburan?" ajak Wanda.
"Apapun itu, Darling.. Aku
pasti akan menurutinya" jawab Hunter tersenyum.
Mereka kembali menikmati hidangan
spaghetti mereka sambil menikmati alunan musik romantis yang diputar. Karena
terbawa suasana oleh lagu yang romantis, Hunter akhirnya mengajak Wanda untuk
berdansa dengann. Yah sudah lama Hunter tidak sebahagia itu, terutama setelah
Ayah dan Ibunya meninggal. Mereka berdansa sepanjang waktu tanpa memikirkan
waktu yang terus berjalan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam dua belas
malam. Tak lama setelah itu, lonceng jam dua belas berdenting.
“Honey, seandainya kita bisa terus
seperti ini setiap hari..” kata Wanda.
“Tentu saja kita bisa, Darling..”
jawab Hunter.
“Kamu punya tanggung jawab juga
terhadap murid-muridmu di sekolah, Honey..”
“Yah, tapi kamu tetap yang nomor
satu, Sayang..” mereka kemudian berciuman.
Sementara itu, di meja tak jauh
dari tempat mereka berada.
“Apa kamu baik - baik saja, Pak?”
tanya seorang pelayan kepada seorang pelanggan yang terlihat pucat.
“Aku baik - baik saja, tolong
ambilkan aku antidote.. Mungkin ada racun di dalam tubuhku...” kata pria pucat
itu.
“Baiklah, Pak.. Saya akan segera mengambilkannya..”
kata si pelayan itu ramah.
Alunan musik membuat Hunter dan
Wanda semakin terbawa suasana dan terus berdansa di tengah ruangan bersama
pasangan-pasangan lainnya di dalam restoran Italia itu.
Namun tak lama kemudian, HP milik
Hunter berbunyi.
“Sialan! Siapa sih yang
berani-beraninya mengganggu momen romantis kita??” gerutunya emosi.
Wanda tertawa. Hunter lalu meraih
HP-nya dan melihat seseorang bernama Miguel memanggilnya, namun Hunter tak
menjawab panggilan telepon tersebut dan malah menon-aktifkannya. Wanda kembali
tersenyum lalu mengajak Hunter untuk kembali berdansa dengannya. Tanpa
basa-basi lagi, dengan romantisnya, mereka kembali berdansa sesuai dengan irama
alunan musik.
Raccoon City, 22 September 1998
(Past Midnight - 01.30 AM)
Di tempat lain, seseorang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia mabuk selepas kerja seharian. Namanya adalah Todd Azrakane. Dia adalah seorang reporter muda berusia 22 tahun. Pacarnya yang berusia lebih tua tiga tahun darinya meninggalkannya kemarin dan membuatnya merasa tertekan.
Di tempat lain, seseorang mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia mabuk selepas kerja seharian. Namanya adalah Todd Azrakane. Dia adalah seorang reporter muda berusia 22 tahun. Pacarnya yang berusia lebih tua tiga tahun darinya meninggalkannya kemarin dan membuatnya merasa tertekan.
“Kenapa?! Kenapa kau harus pergi
lebih dulu, setelah hubungan kita sampai sejauh ini, Raesya?? Kenapa!?”
keluhnya. Yah, pacarnya baru saja meninggal dunia dan kemarin merupakan hari
pemakamannya.
Todd menuju ke tempat dimana dia
biasa menyendiri dan menulis beritanya bersama Raesya, kekasihnya yang juga
seorang reporter sepertinya. Tempat yang terlihat tenang dan sepi, sebuah
gudang yang telah disulap menjadi sebuah kantor editing. Raesya meninggal dalam
kecelakaan. Seseorang menabraknya dan melarikan diri tanpa berusaha
menyelamatkannya.
Todd duduk di sofa dengan posisi
memeluk dengkulnya. Perlahan air mata reporter muda itu mengalir. Di meja dan
di setiap sudut dinding terdapat foto - foto kenangannya bersama Raesya. Todd
tertidur dengan nyenyak di sofanya. Dia sedang membayangkan masa - masa
indahnya bersama Raesya dalam mimpinya.
Tak lama setelah itu, seseorang
mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangannya.
“Apa kau baik - baik saja, Todd?”
tanya seorang wanita kepadanya.
“Alyssa?? Apa yang kamu lakukan
disini pada jam segini??” tanya Todd heran.
“Aku hanya mengkhawatirkan seorang
yang membuang semua mimpinya menjadi seorang reporter professional hanya karena
seorang gadis yang dicintainya meninggalkannya pergi”
“Jangan banyak bicara. Kamu tak
tahu kan? Betapa sakit rasanya ketika kita kehilangan seorang yang sangat kita
cintai?! Jadi berhenti mengurusi semua urusanku!”
“Yahh, cinta itu adalah ilusi dan
hal itu sangatlah tidak penting bagi reporter professional sepertiku. Setidaknya
biarkan aku menjelaskan maksud kedatanganku, aku datang untuk memberitahumu
bahwa saat ini di jalanan kota Raccoon banyak sekali kejadian aneh dan
pembunuhan misterius yang terjadi, kenapa kau tidak mencoba menyelidikinya
lebih dalam bersamaku?” ajak Alyssa.
“Kamu bermimpi? Tidaklah mungkin
bagiku untuk bekerjasama dengan sainganku! Lagipula aku ini bukan detektif yang
bertugas menyelidiki setiap kasus!” bentaknya.
“Okay, tapi jangan menyesal jika
reputasimu sebagai reporter terkenal di kota Raccoon akan jatuh nantinya. Kau
tahu, ada banyak peristiwa yang terjadi sejak kemarin.. Kudengar di hutan
Arklay, masih terdapat sebuah misteri yang belum terungkap hingga sekarang. Aku
akan kesana nanti siang, apa kau yakin tidak mau ikut bersamaku dan membantuku?”
bujuk Alyssa sekali lagi.
“Kalau kamu mau pergi, pergilah..
Aku akan tetap berada disini, sampai kapanpun. Karena.... disinilah tempatku
dan Raesya....”
“Ohh, aku turut berduka atas
pacarmu itu.. Tapi kamu juga harus tahu, pacarmu tidak akan membiarkanmu dalam
keadaan putus asa seperti ini..” kata Alyssa membuatnya termenung.
“Okay, aku pergi..” Alyssa keluar
dari ruangan dan meninggalkan Todd sendiri.
“Pria bodoh tetaplah pria bodoh...”
sahut Alyssa dari balik pintu karena kekesalannya terhadap Todd.
Alyssa dan Todd bekerja pada kantor
media cetak yang berbeda. Alyssa bekerja sebagai reporter untuk koran harian Raccoon
Times sementara Todd dan Raesya adalah pasangan reporter yang bekerja untuk sebuah
stasiun televisi, Raccoon Media Channel atau RMC.
Todd mengambil salah satu foto di meja dan memandangnya dalam-dalam.
“Raesya.. Apa yang kamu ingin aku lakukan saat ini? Beritahu aku...” tanyanya. Air matanya kembali mengalir dengan deras.
Todd mengambil salah satu foto di meja dan memandangnya dalam-dalam.
“Raesya.. Apa yang kamu ingin aku lakukan saat ini? Beritahu aku...” tanyanya. Air matanya kembali mengalir dengan deras.
Raccoon City, 22 September (Daylight
- 04.00)
Di jalanan kota Raccoon. Sebuah mobil patroli mengelilingi jalanan sejak tengah malam tadi. Di dalamnya terdapat dua orang polisi. Yang satu seorang polisi pria berusia 23 tahun dan yang satunya lagi seorang polisi wanita berusia 24 tahun. Keduanya adalah polisi muda yang bekerja pada Raccoon City Police Department (R.P.D.).
Di jalanan kota Raccoon. Sebuah mobil patroli mengelilingi jalanan sejak tengah malam tadi. Di dalamnya terdapat dua orang polisi. Yang satu seorang polisi pria berusia 23 tahun dan yang satunya lagi seorang polisi wanita berusia 24 tahun. Keduanya adalah polisi muda yang bekerja pada Raccoon City Police Department (R.P.D.).
“Hoahhhmmm, mau sampai kapan sih
kita berpatroli keliling kota?” kata si polisi wanita dengan nada malas.
“Sampai jalanan kembali ramai..”
jawab si polisi pria yang bertampang kalem. Namanya adalah Rick dan polisi wanita
itu bernama Viki.
“Baiklah, setidaknya matahari sudah
hampir terbit sebentar lagi...” balas Viki sambil mengusap-usap matanya.
“HQ, patroli cepat kembali ke
markas. Ganti.” Terdengarlah suara dari walkie-talkie milik Rick.
“Dimengerti. Kami siap kembali ke
markas. Over.” jawab Rick.
“Akhirnyaaa.....” kata Viki lega.
Rick membawa mobil dengan kecepatan
penuh menuju kembali ke markas besar R.P.D.
“Hey, ada apa dengan hari ini?”
tanya Viki pada Rick yang sedang menyetir mobil R.P.D.
“Kalian tentunya sudah dengar kalau
hari ini hari istimewa kan?” tanya Rick.
“Yah, hari ini adalah hari
pengumuman hasil pemilihan anggota S.T.A.R.S. Kudengar Kevin telah gagal
mengikuti seleksi sebanyak tiga kali, apakah kali ini dia berhasil mendapatkan
posisi di S.T.A.R.S.?”
“Hmm, kita lihat saja nanti...”
Setiba di markas besar R.P.D., Rick
dan Viki memarkirkan mobil mereka di tempat parkir bawah tanah. Tony yang baru
saja kembali dari pusat pelatihan anjing membunyikan klakson untuk menyapa
mereka.
“Hai Tony, bagaimana dengan Rocket
dan Jo Jo hari ini?” tanya Viki.
“Rocket, Jo Jo, beri salam kepada
Nona manis ini..” perintah Tony sambil membuka kandang anjing di bagian
belakang mobil.
Guk! Guk! Kedua anjing itu segera
berlari mendekati Viki dan menjilatinya.
“Anjing pintar...” puji Viki sambil
mengelus-elus kepala kedua anjing itu.
“Sebaiknya kita kembali ke kantor,
mungkin Chief Irons ingin menyampaikan sesuatu..” ajak Rick. Viki tersenyum
kepadanya.
“Okay, bye bye Rocket, Jo Jo...”
Viki bersama Rick keluar dari tempat parkir menuju ke atas, ke kantor bagian timur.
Saat mereka berdua kembali ke
kantor, terdapat keramaian disana. Semua mata tertuju pada papan pengumuman.
“Oh mann, lagi-lagi aku gagal...”
kata Kevin pasrah.
“Aww, kelihatannya tidak seorangpun dari kita yang lolos seleksi S.T.A.R.S..” keluh salah seorang polisi lainnya.
“Aww, kelihatannya tidak seorangpun dari kita yang lolos seleksi S.T.A.R.S..” keluh salah seorang polisi lainnya.
Tiba-tiba Chief Irons masuk ke
dalam ruangan dengan wajah kesal.
“Perhatian semuanya!” panggil Chief
Brian Irons yang secara otomatis membuat semua mata tertuju padanya. “Silakan
kembali bertugas, pertemuan kita hari ini dibatalkan.”
“Tapi, Chief.. Ada apa sebenarnya?”
tanya Eliott.
“Tidak ada pertanyaan lagi, silakan
bubar..” perintah Chief Irons. Mereka pun bubar sesuai perintahnya.
“Chief kelihatannya sudah mulai
gila..” kata Viki.
“Mungkin si seksi Jill Valentine
sudah meracuni pikirannya hingga menjadi gila” kata Rick yang mengundang tawa
polisi lainnya.
“Uuuuuhhhhh... aku adalah
zombie...” goda Ryan sambil menirukan gaya zombie.
“Euhh, menggelikan Ryan..” kata
Viki yang membuat polisi lainnya kembali tertawa.
“Kelihatannya panggilan di mobil
tadi sangat mendesak, aku kira ada apa” balas Rick.
“Aku tak peduli apapun itu dan
seberapapun pentingnya. Okay, aku mau pulang ke rumah untuk tidur.. Sampai
jumpa nanti malam, Rick...” kata Viki.
Viki meninggalkan Rick dan langsung
menuju keluar dari bangunan R.P.D. melalui pintu utama dan melewati pintu pagar
samping. Dia meraih motornya lalu menyalakan motornya. Dia melaju dengan
kecepatan penuh menuju ke rumahnya di Raccoon City Private Residental Area.
Raccoon City, 22 September 1998
(Morning - 06.30)
Di sebuah pagi yang cerah di salah
satu rumah yang ada di Raccoon City Private Residental Area. Wanda menyiapkan sarapan
untuk suaminya, Hunter.
“Sayang, sarapan sudah siap...”
panggil Wanda yang sedang berada di dapur.
Hunter yang sedang membaca koran di
ruang tamu langsung meletakkan kembali korannya di meja dan menuju ke meja
makan. Wanda membawakan sarapan mereka, telur mata sapi, roti, salad dan susu.
“Selamat makan, Honey..” kata
Wanda.
“Selamat makan juga, Darling..”
balas Hunter sambil tersenyum manis
kepada Wanda.
Setelah selesai makan, Hunter
berpamitan dengan istrinya untuk pergi bekerja. Hunter mencium kening istrinya
lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Hunter melambaikan tangannya.
Wanda membalas lambaian tangannya. Hunter menjalankan mobilnya meninggalkan rumahnya.
Hunter bekerja di Raccoon City
Junior High School, sebuah sekolah menengah pertama yang paling besar dan hanya
satu-satunya di kota Raccoon.
Hunter memarkirkan mobilnya lalu
masuk ke halaman sekolah. Raccoon City Junior High School memiliki halaman yang
sangat luas dengan banyak semak tinggi yang menjadi labirin, tempat para
siswa-siswi biasa bermain petak umpet. Di tengah halaman, terdapat sebuah air
mancur dengan patung seekor rakun yang menjadi simbol kota Raccoon. Terdapat
tiga lantai bangunan sekolah, dengan fasilitas belajar yang lengkap dengan
perpustakaan sekolah, kafeteria, dan ruang penunjang belajar lainnya, seperti
laboratorium dan ruang komunikasi.
Hunter memasuki bangunan sekolah lalu menaiki tangga
dan berjalan menuju ke dalam kelasnya di lantai dua.
“Selamat pagi, Pak Hunter..” sapa
seorang anak.
“Pagi, Daniel...” balasnya.
Setibanya di kelas, suasana kelas
yang tadinya ribut dan gaduh menjadi sunyi setelah kedatangan Hunter. Setelah
Hunter berdiri di tengah kelas, anak - anakpun berdiri.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa
Hunter.
“Pagi Pak Hunter....” balas murid-muridnya
serempak.
“Bagaimana kabar kalian hari ini?”
“Kami baik-baik saja, bagaimana
denganmu, Pak?”
“Saya juga baik-baik saja hari ini..
Silakan duduk kembali..”
Hunter adalah guru matematika di
sekolahnya. Anak-anak menyukainya karena keramahannya. Jarang sekali dia
marah-marah di kelas seperti guru-guru mereka yang lainnya, bahkan tidak pernah
sama sekali dia marah di hadapan mereka. Hunter selalu mengajar murid-murid
dengan sabar.
“Oke, kita lanjut pelajaran
terakhir kita minggu lalu, tentang variabel”
Cara Hunter menerangkan rumus-rumus matematika sangat mudah diserap oleh para murid, sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang menyebalkan bagi mereka. Tiba-tiba di tengah pelajaran, seorang anak yang sedang mengerjakan soal di papan tulis mendadak pingsan. Hunter yang panik langsung buru - buru menghampirinya dan berusaha menyadarkannya.
Cara Hunter menerangkan rumus-rumus matematika sangat mudah diserap oleh para murid, sehingga pelajaran matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang menyebalkan bagi mereka. Tiba-tiba di tengah pelajaran, seorang anak yang sedang mengerjakan soal di papan tulis mendadak pingsan. Hunter yang panik langsung buru - buru menghampirinya dan berusaha menyadarkannya.
“Angela, Angela, kau baik-baik
saja? Angela, sadarlah..” panggil Hunter berusaha menyadarkannya.
“Hunter menggendongnya dan
membawanya ke ruang kesehatan. Teman dekatnya mengikuti mereka dari belakang,
Karen.
Sementara itu di tempat yang
berbeda, di Raccoon City Private Residental Area, Viki yang sudah sampai di
rumahnya, telah tertidur pulas di sofa. Tapi tak lama kemudian seseorang
membunyikan bel pintu.
“Tidak ada orang di rumah..!!”
bentaknya sambil setengah tertidur.
Tapi bel pintu terus menerus berbunyi
hingga mengganggu tidurnya. Viki yang kesal kemudian berjalan dengan emosi
menuju ke pintu depan rumahnya. Dia membuka pintu. Terlihat seorang pria berpakaian
dokter mengunjunginya.
“SIAPA!!?” tanyanya kesal.
“Wah, wah.. Dua tahun tidak
bertemu, kamu masih saja kasar dan tukang tidur yah?”
“Saya lelah karena bekerja
semalaman. LAGIPULA, SIAPA ANDA?? BERANI-BERANINYA MENGGANGGU TIDUR SAYA??”
tanyanya lagi.
“Dr. Louis Kane.”
Viki kemudian terdiam seolah tak
dapat berkata apa-apa ketika mendengar nama itu, lalu dia mengusap-usap matanya
dan melihat sesosok pria yang dia kenal di depannya. Viki kemudian menyuruhnya
masuk.
“Apa yang kamu inginkan dariku
setelah kamu menghilang selama dua tahun?” tanya Viki.
“Apakah ada larangan dalam hukum
negara, seorang mantan kekeasih berkunjung ke rumah mantan kekasihnya?”
“Louis, itu masa lalu!” kata Viki
mulai terpancing emosi.
“Baiklah, baiklah..” kata Louis
sambil menyalakan rokoknya.
“Hey, dilarang merokok disini!”
bentak Viki marah. Viki merebut puntung rokok itu dari Louis dan membuangnya ke
asbak.
“Tidak ada perubahan selama dua
tahun.. Baguslah..” sindir Louis.
“Ngomong-ngomong, Louis, ada apa
sebenarnya??” tanya Viki.
“Sebenarnya..... aku ingin
mengajakmu untuk meninggalkan kota ini..”
“Apa??” kata Viki terkejut,
kemudian dia tertawa geli.
“Kenapa kamu tertawa?” tanya Louis.
“Jawabannya tentu tidak. Aku tidak
akan meninggalkan kota ini kecuali jika aku harus benar-benar pergi. Kau tahu,
aku adalah seorang polisi dan tugasku adalah mengabdi kepada kota ini..”
“Yeah, sejak dulu kau memang sangat
sulit untuk dapat kupengaruhi.”
“Kalau kamu tahu begitu, kenapa
kamu masih disini??”
Louis terdiam. Lalu kemudian dia berkata, “Sebenarnya ada alasan lain kenapa aku ada disini..”
Louis terdiam. Lalu kemudian dia berkata, “Sebenarnya ada alasan lain kenapa aku ada disini..”
Viki terdiam lama dan saling
berpandangan dengan Louis. Entah apa yang hendak dikatakan oleh Louis, tapi
kelihatannya Viki pun tak dapat menduganya.
“Cepat atau lambat, kita akan
segera meninggalkan kota ini..” kata Louis membuat Viki penasaran atas apa yang
sebenarnya terjadi.
Raccoon City, 22 September 1998 (Morning
- 10.30)
Di ruang kesehatan. Karen, sahabat
dekat Angela terus menemani Angela hingga dia siuman.
“Karen? Aku ada dimana?” tanya
Angela yang tampak kebingungan.
“Ruang kesehatan, Angela.. Tadi
kamu pingsan, Pak Hunterlah yang telah membawamu kemari” jawab Karen.
“Wah, kamu sudah sadar rupanya,
Sayang... Syukurlah...” kata perawat sekolah yang bernama Beth.
“Suster Beth, ada apa dengan saya?”
tanyanya heran.
“Kamu kurang darah, akhir-akhir ini
kamu kekurangan vitamin sehingga tubuhmu melemah..” jawab suster Beth. “Jangan
khawatir, kalau cukup istirahat dan makan buah - buahan, kamu dapat kembali
sehat.”
Tiba - tiba seseorang mengetuk pintu
lalu masuk ke dalam ruangan.
“Hunter, ada apa?” tanya Suster
Beth.
“Maaf, Suster.. Izinkan saya
mengantar Angela pulang..” mohon Hunter kepada Suster Beth.
“Loh, tapi Pak.. saya kan..” cela
Angela karena tidak ingin merepotkan gurunya itu.
“Sudahlah, terima saja tawaran Pak
Hunter..” bujuk Karen. Angela tersenyum lalu menerima tawaran Hunter untuk
mengantarnya pulang.
“Semoga kamu cepat sembuh,
Angela...” kata Karen yang kemudian meninggalkan ruang kesehatan dan kembali ke
kelasnya.
Hunter mengantarkan Angela pulang
dengan mobilnya. Rumah Angela tidak begitu jauh dari rumah Hunter, hanya
berbeda beberapa blok saja. Rumah Karen tepat bersebelahan dengan rumah Hunter.
“Baiklah, kamu hati-hati yah,
Angela..”
“Iya, Pak.. Terima kasih sudah
mengantarkan saya pulang..”
Hunter meninggalkan Angela dan
kembali masuk ke mobilnya. Dia membawa mobilnya kembali ke sekolah. Perlahan
Angela masuk ke dalam rumah.
“Mama....” panggil Angela sambil
berjalan perlahan menuju ke kamar Ibunya. Tidak ada jawaban yang terdengar.
“Mamaa?” panggilnya sambil perlahan
membuka pintu. Dia melihat ke kiri dan ke kanan, namun tidak melihat keberadaan
Ibunya.
“Wuuaaa..” jeritnya begitu melihat
Ibunya berdiri tepat di belakangnya.
“Angie! Kamu mengagetkan Mama,
Sayang!” kata Nyonya Davidson terkejut.
“Maaf, habis Mama sih muncul secara
tiba-tiba di belakang..” jawab Angela.
“Kenapa kamu sudah pulang, Sayang?”
“Badanku melemah dan jatuh pingsan,
Ma..”
“Yasudah kamu ganti pakaian lalu
istirahat saja yaa, biar Mama ambilkan kamu obat..”
“Baik, Ma.......”
Raccoon City, 22 September 1998
(Morning - 11.00)
Di sebuah pusat penelitian Umbrella
di bawah tanah. Tempat rahasia Dr. William Birkin meneliti virus-G hasil
ciptaannya yang merupakan hasil pengembangan dari virus-T. Seseorang membuka
pintu.
“William!” panggilnya.
“Ada apa, Sayang?” tanya William.
Seorang wanita yang juga berpakaian peneliti memeluknya. Namanya adalah Annette
Birkin, istrinya.
“Apa - apaan ini, Sayang?” tanyanya
lagi.
“Jika Umbrella tahu bahwa kau
berhasil mengembangkan virus jenis baru itu, maka itu akan membahayakan kita.”
“Jangan khawatir, aku tak akan
membiarkan Umbrella memiliki apa yang telah kita bangun bersama - sama,
Sayang..” merekapun berciuman.
“Baiklah kalau kamu bilang begitu,
aku akan kembali ke tempatku..” kata Annette. Annette kemudian kembali
meninggalkan William sendiri.
“Aku tidak akan membiarkan siapapun
mencuri virus ciptaanku ini dariku..” tegas William kepada dirinya sendiri.
Sementara itu, di Raccoon City
Public Library. Seorang gadis muda berpenampilan kutu-buku dengan rambut
dikepang dan kacamata di wajahnya dan berusia 22 tahun sedang merapihkan buku-buku
sesuai dengan letak semestinya.
“Anak - anak, aku benci mereka..” kata gadis itu.
“Anak - anak, aku benci mereka..” kata gadis itu.
Namanya adalah Luna James Wattson.
Seorang pustakawan, mantan penulis buku. Dia sekarang bekerja sambilan di
Raccoon City Public Library karena hobinya membaca buku, namun ternyata
pekerjaannya tak semudah yang ia kira, karena ketidaksukaannya terhadap
anak-anak, hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di perpustakaan.
“Luna, cukup.. Kamu boleh pulang..”
kata Ibu senior penjaga perpustakaan.
“Umm, okay, Bu..”
“Ini bayaranmu selama seminggu
bekerja di perpustakaan ini” kata Ibu senior sambil menyodorkan amplop berisi
uang kepada Luna.
“Baiklah, terima kasih, Bu karena
telah menerima saya bekerja disini selama seminggu..”
“Yaahh, pergilah.. Anak-anak bahkan
tidak menyukai keberadaanmu disini!” sindirnya.
Mendengar perkataan Ibu senior itu,
Luna mulai geram tapi dia berusaha menahan emosinya.
“Justru akulah yang tidak menyukai
keberadaan anak-anak itu disini!” katanya dalam hati. Dia kemudian meninggalkan
perpustakaan itu.
“Kemana aku harus pergi setelah
ini, ya?” tanyanya pada dirinya sendiri.
Luna berjalan tanpa tahu kemana arahnya. Dia tinggal sendiri di kota ini dan sampai saat ini belum memiliki seorangpun kerabat dekat.
Luna berjalan tanpa tahu kemana arahnya. Dia tinggal sendiri di kota ini dan sampai saat ini belum memiliki seorangpun kerabat dekat.
Luna berjalan menuju ke jembatan
layang kota Raccoon.
“Mungkin inilah saatnya aku mengakhiri
semuanya....” katanya.
Kemudian perlahan air matanya
mengalir dengan deras. Perlahan dia berjalan hingga ke tengah-tengah jalan jembatan
layang. Dia lalu berdiri di atas
pembatas untuk pinggiran jembatan layang dan telah siap melompat ke bawah.
Terlihat jelas mobil-mobil yang melaju di jalan raya yang ada di bawahnya.
“Mama, Papa... Maafkan aku.. Aku
tak sanggup lagi melanjutkan semua ini....” katanya.
Perlahan kemudian dia menutup matanya lalu melompat. Namun, seseorang menyelamatkannya dan mencegahnya melompat sebelum dia berhasil melompat.
Perlahan kemudian dia menutup matanya lalu melompat. Namun, seseorang menyelamatkannya dan mencegahnya melompat sebelum dia berhasil melompat.
Raccoon City, 22 September 1998
(Noon - 01.00 PM)
Di Wendell st. dimana ada sebuah
rumah jompo bernama Raccoon’s Future Home yang didirikan sejak tahun 1905
sampai dan sekarang masih bertahan. Tempat ini menjadi tempat tinggal 15 orang
tua dan tiga orang perawat muda dan seorang pemilik rumah jompo tersebut, yang
juga sudah lanjut usia.
Clara turun dari truknya membawakan
obat-obatan untuk Raccoon’s Future Home. Clara membunyikan bel pintu rumah
jompo tersebut dan disambut oleh Dennis, pemilik rumah jompo.
“Well, halo Clara.. silakan
masuk...” pinta Dennis hangat.
“Pesanan biasa, Dennis..” kata
Clara.
Clara tersenyum lalu masuk ke dalam
rumah jompo. Setiap orang tua di rumah jompo yang melihatnya pasti bisa
tersenyum, karena Clara dijuluki sebagai “Miss Unbreakable Smile” yang selalu
tersenyum dalam keadaan apapun dan selalu bisa membuat orang-orang di
sekitarnya tersenyum ketika melihat senyumannya.
“Halo Nona Clara..” sapa Nyonya
Charlotte yang selalu merasa dirinya cantik dan paling muda di antara para
penghuni rumah jompo lainnya. Memanggilnya sebagai Nona adalah sebuah
keharusan.
“Halo Nona Charlotte... Cantik
seperti biasanya ya?”
“Tidak lebih cantik darimu, Nona
Clara, hohoho...”
Clara dipandu Dennis menuju ke
ruang farmasi. Clara kemudian meletakkan obat-obatan yang dibawanya ke dalam
kabinet tempat penyimpanan persediaan obat-obatan dengan rapih.
“Dennis, tolong tanda tangan
disini...” pinta Clara sambil memberikan pulpen dan sebuah form dari Raccoon
City Medical Supplies Center, tempat Clara bekerja sebagai apoteker. Dennis
lalu menandatanganinya lalu mengembalikan pulpen serta form tersebut kepada
Clara. Dennis kemudian mengantar Clara kembali ke pintu masuk Raccoon’s Future
Home.
“Aku akan kembali kemari untuk
mengecek persediaan obat-obatan disini tiga hari lagi, jadi tolong jaga
kesehatan kalian yaa...”
“Baiklah, Nona Clara, terima kasih
atas bantuan dan motivasinya untuk kami, para orang tua...” kata Dennis. Clara
kemudian tersenyum manis hingga membuat para orang tua mesum menjadi
tergila-gila.
“Eh, ehem, ehem..” cela Nona
Charlotte yang merasa cemburu. Clara kemudian meninggalkan rumah jompo tersebut
dan masuk ke dalam truknya. Clara menyalakan mesin truk lalu melambaikan tangan
kepada Dennis. Dennis membalas lambaiannya dan Clara kemudian meninggalkan
rumah jompo tersebut lalu mengendarai truk kembali ke Raccoon City Medical
Supplies Center.
Raccoon City, 22 September 1998
(Noon - 02.30 PM)
Luna tertidur di sebuah sofa di
sebuah bar.
“Mama.... Papa......” igau Luna.
“Apakah kamu baik-baik saja, Nak??”
panggil seorang pria yang tak dikenalnya hingga membuatnya membuka mata dan
tersadar dari mimpinya.
“Wuuaaa, siapa kamu??” tanyanya.
Luna terbangun lalu memakai
kacamatanya yang ada di atas meja bar. Luna perlahan mendekati pria itu lalu perlahan
mengusap halus pria itu.
“Kamu? Apakah dewa kematian setampan
ini??” katanya membuat laki-laki itu terkejut.
“Apa kamu bilang?? Dewa kematian??
Apakah dewa kematian akan menyelamatkan nyawa seseorang yang berusaha mencoba
bunuh diri??” tanya laki-laki itu agak kesal.
“Apa !? Bukankah seharusnya aku sudah
mati??” tanya Luna heran.
“Bersyukurlah karena aku telah
menyelamatkan nyawamu..”
Wajah Luna berubah kesal. Dia lalu
mencengkram kuat-kuat kerah baju laki-laki itu dan mengangkatnya.
“A, apa-apaan ini? Le, lepaskan
aku!” pintanya.
“Untuk apa kau mencoba menyelamatkanku??
Aku tidak memintamu menyelamatkanku kan??” ancam Luna penuh emosi.
“Stop !! Lepaskan dia!” perintah
seorang wanita yang dengan kaus putih dan rambut pirang.
Perlahan Luna melepaskan cengkramannya
dan membuat laki-laki itu bernafas lega. Wanita itu menyuruh Luna duduk dengan tenang
di salah satu meja bar.
“Namaku Regan Mallet, pemilik bar
ini dan ini adalah teman sekaligus rekan kerjaku, sang Bartender, Kenneth
Immanuel Lucifer, siapa namamu?” tanya Regan ramah.
“Namaku.... Luna James Wattson..”
jawab Luna yang telah luluh hatinya.
“Langsung saja ke intinya, kenapa
kamu ingin melakukan bunuh diri, Luna? Bunuh diri itu tindakan yang paling
bodoh yang pernah dilakukan manusia, kau tahu?” tanya Kenneth asal bicara. Regan
mencubit perutnya. “Aww, sakit tahu!” keluhnya.
“Sebenarnya.......” perlahan Luna
menceritakan alasannya. Dia tak sanggup lagi hidup di dunia yang kelam ini. Dia
merasa tidak memiliki bakat menjadi penulis ataupun menjadi seorang pustakawan.
Apalagi dia sangat tidak menyukai anak-anak, sehingga dia kehilangan satu-satunya
pekerjaan yang dimilikinya. Kedua orang tuanya mengirimnya ke kota Raccoon
karena kedua orang tuanya ingin dia hidup mandiri, apalagi mereka berasal dari
desa dan merupakan golongan tidak mampu.
“Oohh, jadi begitu... Regan, apa
kamu memikirkan hal yang sama dengan apa yang kupikirkan?” tanya Kenneth.
“Tentu saja! Baiklah Luna, karena
kelihatannya kamu sangat membutuhkan pekerjaan, kamu bisa bekerja disini
sebagai pelayan wanita.. Kebetulan kami sedang kekurangan staf disini” jawab
Regan hingga membuat Luna senang. Luna perlahan tersenyum karena dia tidak
harus kembali ke tempat kedua orang tuanya.
“Mommyyyyy, aku pulang...!!”
panggil seorang anak perempuan.
“Kyaaaaa, a, anak-anak...” kata
Luna terkejut melihat anak perempuan itu.
“Oh iya, aku belum bilang.. Ini adalah putriku, Lucy.. Aku harap kamu akan terbiasa dengannya.. Dari ceritamu, aku tahu kamu hanya perlu belajar untuk terbiasa bergaul dengan anak-anak”
“Oh iya, aku belum bilang.. Ini adalah putriku, Lucy.. Aku harap kamu akan terbiasa dengannya.. Dari ceritamu, aku tahu kamu hanya perlu belajar untuk terbiasa bergaul dengan anak-anak”
“Ohh, tidak.......” kata Luna
pasrah.
“Kenapa? Tidak masalah kan?” sindir
Kenneth. Luna hanya bisa menunduk pasrah lalu menggelengkan kepalanya.
Raccoon City, 22 September 1998
(Afternoon - 15.30)
Di sebuah laboratorium bawah tanah
milik Umbrella lantai B7.
“Namaku Katarina, aku adalah calon
peneliti junior baru disini.. Salam kenal..” kata Katarina yang sedang merasa
gugup di hari pertamanya berbicara sendiri dengan cermin miliknya.
Katarina menarik nafas dalam - dalam lalu keluar dari lorong utara menuju ke laboratorium B7. Dia menggunakan kartu aksesnya untuk masuk kesana. Namun tidak ada seorangpun di ruang penelitian itu.
Katarina menarik nafas dalam - dalam lalu keluar dari lorong utara menuju ke laboratorium B7. Dia menggunakan kartu aksesnya untuk masuk kesana. Namun tidak ada seorangpun di ruang penelitian itu.
“Kemana perginya para peneliti
seniorku?” tanyanya kepada dirinya sendiri.
Dia berjalan perlahan mendekati
sebuah tabung kaca di bagian tengah laboratorium B7. Katarina menatap dalam-dalam
sebuah makhluk yang ada di dalam tabung kaca besar itu. Sebuah monster hasil
mutasi dari reptil yang merupakan hasil ciptaan Umbrella.
“Nona Katarina... apa yang kau
lakukan??” tanya seorang peneliti yang membuat Katarina terkejut.
“Astaga, kau mengejutkanku!” kata
Katarina membuat peneliti itu tertawa. Katarina lalu langsung bertanya, “Makhluk
di dalam tabung itu, namanya apa??”
“Hunter “MA-125 R” atau Hunter “R”,
begitulah kami menyebutnya..” jawab si peneliti itu.
“Hunter “R”??”
“Yah, makhkluk eksperimen ini
dinamakan Hunter karena spesies ini akan menjadi pemburu nantinya.. Kamu akan
lihat dengan sendirinya nanti jika saatnya sudah tiba”
“Apa kau gila??”
“Hahaha, hanya bercanda... Okay,
mari kita lihat spesies selanjutnya..” ajak peneliti itu.
Mereka berdua berjalan menuju ke
lorong utara lalu terhenti di salah sudut tembok. Professor itu menoleh ke
kanan lalu ke kiri, seakan memastikan agar tiada orang lain yang melihat
mereka. Professor kemudian membuka sebuah kotak panel yang ada di sudut tembok
lalu menggesekkan kartu aksesnya ke dalam sebuah card reader. Cklik! Perlahan
tembok terbuka memungkinkan mereka mengakses ruangan tersebut. Tak lama setelah
mereka berdua masuk, dinding kembali menutup. Mereka berada di sebuah
laboratorium gelap, Katarina menyadari bahwa tempat tersebut illegal dan sangat
dirahasiakan.
“Perkenalkan Katarina, namaku
adalah Professor Bill Court. Aku adalah peneliti senior yang akan membimbingmu
di fasilitas ini..” tegas Professor Bill.
“Aku sudah mendengar namamu
sebelumnya. Boleh kutanya, tempat apa ini?” tanya Katarina sambil memeluk
lengannya sendiri karena merasa merinding.
“Kami menyebutnya, surga..” jawab
Professor Bill.
Tiba - tiba, dinding terbuka
kembali lalu seseorang masuk ke tempat penelitian rahasia itu.
“Pak, ada masalah di sektor B6..”
panggil orang itu yang kelihatannya merupakan asisten Professor Bill yang
memiliki akses ke tempat penelitian rahasia tersebut..
“Oke, aku akan kesana.. Katarina
silakan melihat-lihat terlebih dahulu, oke?” kata Prof. Bill yang kemudian
secar lembut mengusap-usap rambut panjang Katarina. Katarina hanya bisa
tersenyum dengan sangat terpaksa.
Professor Bill bersama asistennya
meninggalkan tempat penelitian yang gelap itu. Katarina perlahan mendekat ke salah
satu tabung hitam gelap yang tertutup dan mendengar sesuatu yang aneh.
“Makhluk apa yang ada di dalam
sini??” tanyanya kepada dirinya sendiri.
Katarina menyentuh tabung hitam itu
dan merasakan sesuatu bergerak di dalamnya. Karena penasaran Katarina menuju ke
komputer dan menekan tombol untuk membuka lapisan tabung hitam tersebut.
Perlahan lapisan pelindung yang berwarna hitam gelap itu turun dan membuka
sebuah tabung kaca di dalamnya.
“Kyaaaaaa!!” dia terkejut ketika melihat
seekor makhluk berbentuk seperti cicak mengerikan yang berkulit hijau dan
memiliki cakar tajam bergerak di dalamnya dan menatap matanya dengan tajam. Katarina
kemudian berlari meninggalkan ruangan tersebut dan membuka dinding dengan panel
di sebelahnya menggunakan kartu akses milik Prof. Bill yang tertinggal di atas
meja.
Raccoon City, 22 September 1998
(Afternoon - 16.30)
Di Arklay Forest, sedang dilakukan
investigasi-ulang atas terjadinya kembali kasus yang sama dengan beberapa waktu
yang lalu atas pembunuhan yang terjadi di daerah hutan ini. Para korban yang
rata-rata adalah pendaki gunung kembali ditemukan lagi hari ini dengan kondisi
yang sama, tercabik-cabik oleh makhluk yang diduga adalah binatang buas.
Tiba-tiba, Todd datang dan masuk ke dalam area investigasi.
“Aku mencari reporter Alyssa, apa
kau melihatnya?” tanya Todd kepada salah seorang polisi.
“Pergilah! Reporter dilarang masuk
ke area investigasi!” jawabnya.
“Aku hanya ingin bertanya apakah
barangkali Anda melihat seorang reporter bernama Alyssa Ashcroft di sekitar
sini?”
“Dia tidak ada disini..” jawab
polisi itu lagi.
“Kemana dia pergi, ya?” tanya Todd
kepada dirinya sendiri.
“Mencari seseorang, Nak?” tanya officer
Jeff.
“Emm, ya.. Saya mencari Alyssa
Ashcroft dari koran lokal Raccoon Times, apa kau melihatnya?”
“Heyy, tunggu dulu.. Rasanya aku
pernah melihatmu sebelumnya..” seru officer Jeff.
“Emmm....” gumam Todd.
“Kau Todd Azrakane kan? Reporter
terkenal dari stasiun televisi RMC? Ada urusan apa kamu kemari?” tanya officer
Jeff lagi.
“Seperti yang kubilang, aku sedang mencari
reporter Alyssa Ashcroft..” jawab Todd lagi.
“Alyssa? Maksudmu si reporter yang
keras kepala itu? Rasanya aku melihatnya, setelah mengajukan beberapa
pertanyaan kepada beberapa petugas di area investigasi ini, dia langsung kembali
ke arah kota Raccoon..”
“Apa!? Jadi secepat itukah dia
pergi??” tanya Todd.
Officer Jeff hanya menggelengkan
kepala. Tiba-tiba seorang polisi wanita bersama seorang dokter datang
menghampiri officer Jeff. Mereka adalah Viki dan Louis.
“Officer Jeff, kudengar kalian
menemukan dua mayat korban binatang buas lagi hari ini di sekitar sini, apa itu
benar?” tanya Viki.
“Apa?! Mayat lagi?? Bukankah
beberapa waktu lalu juga baru saja ditemukan mayat?” kata Todd terkejut.
“Bukankah dia Todd, reporter yang
mengalami depresi karena kehilangan pacarnya yang meninggal karena kecelakaan
itu ya?” bisik Viki kepada Jeff.
“Yap, benar sekali, lalu untuk apa
kau datang kemari, Viki?” tanya officer Jeff balik.
“Ini adalah rekanku, Dr. Louis Kane,
dokter bedah specialis dari Raccoon City General Hospital..” jawab Viki.
“Kenapa kau tidak bilang saja kalau
aku ini pacarmu, Viki?” bisik Louis.
“Sembarangan saja kalau bicara!
Kita ini sudah menjadi mantan, ingat itu!” kata Viki kesal.
Officer Jeff kemudian menuntun
mereka ke lokasi kedua mayat tersebut diikuti oleh Todd yang juga penasaran.
Terlihat dua mayat yang ditemukan di tempat yang berbeda.
Todd menyalakan handycam-nya dan merekam aksi Viki dan Louis yang sedang melakukan autopsi ulang.
Todd menyalakan handycam-nya dan merekam aksi Viki dan Louis yang sedang melakukan autopsi ulang.
“Sepertinya benar, dari bekas
gigitannya mereka benar-benar tercabik-cabik oleh binatang buas.. Tapi apa ada
binatang buas seliar ini di pegunungan ini??” tanya Louis.
“Seperti... tercabik-cabik oleh
anjing atau serigala....” jawab Viki asal menerka.
“Sepertinya tim kepolisian juga
sampai sekarang belum dapat menemukan keberadaan binatang buas tersebut dan
sampai sekarang belum ditemukan saksi, apalagi dari hari ke hari semakin banyak
orang yang hilang di sekitar Arklay Forest dan Arklay Mountain” tambah Officer
Jeff.
Todd kemudian memfokuskan handycam-nya
ke arah Officer Jeff. “Hey, Nak.. Matikan handycam-nya!” perintah officer Jeff.
Louis mengambil sedikit sampel darah dari kedua korban dan memasukkannya ke dalam tabung khusus.
Louis mengambil sedikit sampel darah dari kedua korban dan memasukkannya ke dalam tabung khusus.
Tiba-tiba, officer Josh datang dan
menghampiri mereka.
“Viki, semua sudah terkendali,
silakan kembali ke tempatmu..” perintah officer Josh.
“Baik, Pak!” kata Viki pasrah.
“Ayo, Louis!”
Viki dan Louis kembali berjalan
menuruni pegunungan Arklay diikuti oleh Todd.
“Hey, bukankah kau sedang berputus
asa atas kematian pacarmu itu?” tanya Viki.
“Kau mengenalnya, Viki?” tanya
Louis heran.
“Ya, dia adalah reporter terkenal
dari stasiun televisi Raccoon Media Channel yang berhasil mengambil gambar
meledaknya mansion dan terbangnya helikopter yang berhasil melarikan diri dari
mansion yang meledak itu.. dan dia dan pacarnyalah salah seorang yang
bertanggung jawab atas tuduhan yang ditujukan kepada Chris Redfield dan empat
anggota S.T.A.R.S. lainnya...”
“Chris Redfield? Legenda S.T.A.R.S.
Bravo team itu??” tanya Louis.
“Yap, seandainya mereka tidak
mengambil gambar bukti tersebut, mungkin mereka akan membebaskan Jill Valentine
dan Chris Redfield dari tuduhan membuat lelucon di depan hukum”
“Hey, kenapa aku yang harus
bertanggung jawab, lagipula omong kosong macam apa yang mereka katakan tentang
kejadian di mansion itu?? Zombie, betapa konyolnya mereka!” bantah Todd.
“Karena memang kenyataannya kaulah
yang memulai semuanya, mengerti!!” balas Viki kesal. “Kita lihat saja, apakah
omong kosong yang mereka katakan ternyata benar adalah kenyataan, apa yang akan
kau lakukan?”
“Tentu saja aku akan melepas
jabatanku sebagai seorang reporter..” jawab Todd agak ragu- ragu.
“Hmm, aku akan ingat kata-katamu
itu” tegas Viki.
Mereka tiba di gerbang masuk menuju
ke pegunungan dan hutan Arklay, disanalah pintu keluar satu-satunya.
“Okay, kita berpisah disini,
Todd..” kata Louis.
“Baiklah, sampai ketemu lagi lain
kali..” balas Todd.
“Aku punya firasat kalau kita akan
segera bertemu kembali di lain waktu..” tambah Viki.
“Okay, sampai jumpa..” Todd
kemudian masuk ke mobilnya dan menyalakan mesinnya. Dia melambaikan tangannya
dari kaca jendela. Viki dan Louis membalas lambaian tangannya. Mobil Todd
melaju perlahan meninggalkan mereka.
Louis membuka pintu mobilnya dan
mempersilakan Viki masuk ke dalam mobil. Viki perlahan masuk ke dalam mobil
Louis disusul oleh Louis. Mobil melaju dengan kecepatan penuh dan mereka
meninggalkan pintu masuk hutan dan pegunungan Arklay.
Raccoon City, 22 September 1998
(Evening - 18.00)
Di sebuah Underground Research Center Laboratory milik Umbrella, tempat William meneliti virus ciptaannya.
Di sebuah Underground Research Center Laboratory milik Umbrella, tempat William meneliti virus ciptaannya.
“Virus-G ciptaanku.. Aku tidak akan
membiarkan seorangpun mencurinya dariku..” kata William.
Tiba-tiba tamu tak diundang masuk
dan membuat William terkejut. William terburu - buru mengambil pistol dan
menodongkannya ke arah mereka. U.S.S. Alpha team utusan Umbrella yang diketuai
oleh Hunk masuk dan mengancam William, “Itu dia!” serunya.
“Jadi, kalian pada akhirnya datang
juga...” kata William.
“Roger, kami disini untuk mengambil
sampel dari virus-G..” kata Hunk.
“Maaf, tapi aku tidak akan
membiarkan seorangpun mencurinya dariku..” tegas William.
Senapan mesin telah mengarah pada
William dan siap menembak William. “Aku tidak akan membiarkan Umbrella
memilikinya..” kata William sambil perlahan mundur.
Tapi dia tanpa sengaja malah
menjatuhkan gelas di atas meja kerjanya dan membuat salah satu officer Umbrella
menembaknya dengan senapan mesinnya.
“Stop! Kamu dapat merusak sampelnya!”
perintah Hunk. “Ambil semua sampel virus-T dan virus-G-nya!”
Mereka mencuri sampel yang berada
dalam koper.
“Ini dia kan?” tanyanya memastikan.
“Oke, ayo pergi dari sini!” ajak
Hunk.
Mereka kemudian meninggalkan William
yang sudah sekarat sendiri. Tak lama, datanglah Annette.
“William, kau tidak apa-apa??”
katanya terkejut. “Bertahanlah, aku akan mencari bantuan..”
Annette kemudian meninggalkannya sendiri.
Annette kemudian meninggalkannya sendiri.
Sementara itu, di gorong-gorong
kota Raccoon tim Alpha masih dalam perjalanan keluar.
“Disini tim Alpha.. Kami berhasil
mengamankan sampel virus-G dan virus-T. Ganti.”
“Disini HQ, kembali ke markas
segera. Over.”
”Roger!”
William yang sudah sekarat masih
berusaha bertahan dan mengambil suntikan berisi virus-G dan menyuntikkannya ke
tubuhnya sendiri.
“Uuuuuuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrggggggggggghhhhhhhhhh
!!!!!!”
“Suara apa itu??” tanya salah
seorang officer kepada rekannya yang membawa koper berisi sampel virus.
“Ada sesuatu yang tidak beres,
haruskah kita mengeceknya?” mereka berdua kembali ke rute sebelumnya, kemudian,
muncul William yang sudah bermutasi perlahan mendekati mereka.
“Makhluk apa itu?”
Mereka berdua kemudian menembakkan
senapan mesin ke arah monster itu. Namun tanpa basa-basi lagi William langsung
menyerang mereka.
“Wuuuuuaaaaaaaaaa....!!!” jeritan
itu terdengar oleh dua officer Umbrella yang lain.
William menghancurkan sampel virus
yang ada di dalam koper hingga tak tersisa.
“Ayo!!” mereka berdua kemudian
menuju ke sumber suara dan dikejutkan oleh monster William.
“Makhluk apa itu??” katanya
terkejut.
Mereka berdua mulai menembakkan
senapan mesin ke arah monster tersebut. Namun peluru mereka tidak cukup efektif
melawan monster William yang sudah bermutasi. Monster itu membunuh salah satu
officer dengan cara yang sadis hingga membuat rekannya shock.
“Jangan mendekat!!” katanya sambil terus menembakkan senapan
mesin ke arah monster itu. Tapi kemudian dia tersudut dan William berhasil
membunuhnya.
“Kyyaaaaaaaaaa..................!!!”
jeritnya untuk terakhir kali...
Tikus-tikus perlahan mendekati
pecahan sampel virus dan meminumnya, tanpa mereka ketahui bahwa virus itu akan
membawa bahaya.
William terus mengejar anggota
U.S.S. Alpha Team yang ada di sekitar wilayahnya.
Dia membunuh satu per satu musuh yang menghalangi jalannya untuk mencegah sampel virus-G sampai ke tangan Umbrella.
Dia membunuh satu per satu musuh yang menghalangi jalannya untuk mencegah sampel virus-G sampai ke tangan Umbrella.
Hingga saat tidak ada satupun yang
tersisa, William terus memburu orang-orang yang dia anggap sebagai musuh. William menghancurkan sampel-sampel virus-G yang
ada di tangan para anggota U.S.S. Alpha Team dan membunuh mereka tanpa belas
kasihan. Darah bertumpahan dimana-mana. Bunyi senapan mesin dapat terdengar
sesaat namun William bukan lagi William. Dia telah berubah menjadi monster
mutasi dari Virus-G.
Hanya satu anggota U.S.S. berhasil
selamat. Yah, dialah Hunk, sang ketua yang terkenal dengan sebutan “God of
Death”. Perlahan setelah William pergi, Hunk bangkit dan mengambil sampel virus-G
yang ternyata masih utuh.
Seorang anggota U.S.S. yang sedang
sekarat dan terbaring di tanah menggerakkan tangannya. Dia masih bernafas dan
berusaha untuk bertahan. Tapi tak lama kemudian pasukan tikus mendekatinya dan
memakan dagingnya. Membuat anggota U.S.S. itu merintih kesakitan, namun karena
tubuhnya melemah, dia tak dapat mengeluarkan suaranya hingga tiba saatnya dia
mati....
Yah, tikus-tikus itu adalah tikus -
tikus yang telah terinfeksi virus-T. Disinilah awal dari mimpi buruk dimulai...
Sebuah awal yang tak mereka duga
sebelumnya. Awal dimana kota Raccoon diserang oleh sebuah penyakit mematikan
dan yang tak terbayang sebelumnya. Sebuah berita yang dibawa oleh S.T.A.R.S.
yang mereka anggap sebagai lelucon kini menjadi kenyataan.....
BERSAMBUNG KE PART #2 : AN INCIDENT
IN THE LABORATORY
Terima kasih sudah membaca.
Cerita ini ditulis oleh : Harry Pahlawan
No comments:
Post a Comment
Budayakan mengucap terima kasih sesudah mendownload.
Hargailah sang penulis yang telah meng-upload file dan menulis artikel berjam-jam tanpa imbalan apapun.
Anda bebas berkomentar disini dengan SOPAN, tanpa unsur debat atau menjelek-jelekan karya penulis.
Harap untuk tidak berkomentar dengan huruf BESAR SEMUA.